Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) Sudibyo Alimoeso mengatakan Hari Kontrasepsi Sedunia yang diperingati setiap tanggal 26 September mengingatkan pentingnya pengaturan jarak kehamilan dalam rangka mendukung program keluarga berencana (KB).
"Hari Kontrasepsi Sedunia mengingatkan pentingnya penggunaan kontrasepsi demi kesehatan reproduksi dan mendukung program KB," kata Sudibyo ketika dikonfirmasi dari Jakarta, Minggu.
Sudibyo yang pernah menjabat Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) itu menambahkan, Hari Kontrasepsi Sedunia mengingatkan perlunya melakukan akselerasi pelaksanaan program KB.
"Mengingat selama pandemi ada beberapa fasilitas kesehatan yang sempat membatasi kunjungan, maka dikhawatirkan berdampak pada program KB. Oleh karena itu, pada saat ini momentum yang tepat untuk melakukan akselerasi," katanya.
Dengan demikian, kata dia, target untuk menurunkan angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR) di Indonesia menjadi 2,1 pada tahun 2024 akan dapat tercapai.
Berdasarkan hasil laporan pendataan keluarga tahun 2021, angka kelahiran total Indonesia turun menjadi 2,24, sementara tahun 2017 berada pada 2,4.
"Secara demografis, pemakaian kontrasepsi yang masif di Indonesia terbukti telah mengubah transisi demografi Indonesia akibat penurunan angka kelahiran yang sangat tajam dari sekitar enam anak per wanita usia subur (WUS) tahun 1970-an menjadi sekitar 2,2 anak saat ini," katanya.
Artinya, kata Sudibyo, lebih dari 50 persen angka kelahiran telah diturunkan. Sebagai akibatnya terjadi perubahan struktur penduduk usia produktif yang tinggi dan menghasilkan era bonus demografi yang menguntungkan bagi pembangunan di Indonesia. Untuk itu, kata dia, sosialisasi dan edukasi terkait pentingnya penggunaan alat kontrasepsi masih perlu ditingkatkan dan digencarkan guna meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat.
Baca juga: Kota Mataram melampaui target peningkatan peserta program KB
Baca juga: Jumlah anak pengaruhi pembentukan keluarga berkualitas
"Upaya ini dapat dilakukan antara lain dengan menjelaskan lebih mendalam tentang manfaat program keluarga berencana, menjelaskan mengenai keamanan alat kontrasepsi, serta perlunya melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat ataupun tokoh agama mengenai manfaat program KB," katanya.
Sudibyo menambahkan, angka kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi atau unmet need, pemakaian KB pascapersalinan dan keguguran, perlu mendapat perhatian, dibarengi dengan peningkatan pelayanan pendampingan pascapemakaian KB.
"Hari Kontrasepsi Sedunia mengingatkan pentingnya penggunaan kontrasepsi demi kesehatan reproduksi dan mendukung program KB," kata Sudibyo ketika dikonfirmasi dari Jakarta, Minggu.
Sudibyo yang pernah menjabat Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) itu menambahkan, Hari Kontrasepsi Sedunia mengingatkan perlunya melakukan akselerasi pelaksanaan program KB.
"Mengingat selama pandemi ada beberapa fasilitas kesehatan yang sempat membatasi kunjungan, maka dikhawatirkan berdampak pada program KB. Oleh karena itu, pada saat ini momentum yang tepat untuk melakukan akselerasi," katanya.
Dengan demikian, kata dia, target untuk menurunkan angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR) di Indonesia menjadi 2,1 pada tahun 2024 akan dapat tercapai.
Berdasarkan hasil laporan pendataan keluarga tahun 2021, angka kelahiran total Indonesia turun menjadi 2,24, sementara tahun 2017 berada pada 2,4.
"Secara demografis, pemakaian kontrasepsi yang masif di Indonesia terbukti telah mengubah transisi demografi Indonesia akibat penurunan angka kelahiran yang sangat tajam dari sekitar enam anak per wanita usia subur (WUS) tahun 1970-an menjadi sekitar 2,2 anak saat ini," katanya.
Artinya, kata Sudibyo, lebih dari 50 persen angka kelahiran telah diturunkan. Sebagai akibatnya terjadi perubahan struktur penduduk usia produktif yang tinggi dan menghasilkan era bonus demografi yang menguntungkan bagi pembangunan di Indonesia. Untuk itu, kata dia, sosialisasi dan edukasi terkait pentingnya penggunaan alat kontrasepsi masih perlu ditingkatkan dan digencarkan guna meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat.
Baca juga: Kota Mataram melampaui target peningkatan peserta program KB
Baca juga: Jumlah anak pengaruhi pembentukan keluarga berkualitas
"Upaya ini dapat dilakukan antara lain dengan menjelaskan lebih mendalam tentang manfaat program keluarga berencana, menjelaskan mengenai keamanan alat kontrasepsi, serta perlunya melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat ataupun tokoh agama mengenai manfaat program KB," katanya.
Sudibyo menambahkan, angka kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi atau unmet need, pemakaian KB pascapersalinan dan keguguran, perlu mendapat perhatian, dibarengi dengan peningkatan pelayanan pendampingan pascapemakaian KB.