Jakarta (ANTARA) - Kepala Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Wisnu Wardana mengatakan bahwa dalam menghadapi tantangan pada tahun 2023, sektor riil di Indonesia akan mengandalkan dukungan dari simpanan keuntungan komoditas.
 

“Sektor riil Indonesia akan didukung oleh simpanan dari keuntungan komoditas yang lalu, meskipun akan menghadapi tantangan dari sisi inflasi dan tingkat suku bunga yang tinggi,” kata Wisnu dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan perbaikan dari sisi permintaan domestik akan melebarkan neraca transaksi berjalan menjadi minus 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan volatilitas di nilai tukar, sehingga dapat menekan tingkat rupiah pada semester I-2023.

Dari pasar obligasi, dia berpendapat akan ada risiko ketidakseimbangan penawaran dengan permintaan yang moderat pada 2023, sementara aliran dana asing ke pasar obligasi sendiri masih akan terbatas apabila membandingkan kondisi real yield obligasi Indonesia dengan negara lain.

Dia memperkirakan yield obligasi pemerintah 10 tahun masih bisa tertekan pada awal tahun, sebelum akhirnya menuju ke level 7,02 persen pada akhir 2023. Secara keseluruhan, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan bertumbuh sampai dengan 5,3 persen year on year (yoy) pada tahun 2023.

Sementara itu, Direktur PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi mengatakan kinerja ekonomi Indonesia pada 2023 masih akan mendorong tingkat laba perusahaan, sehingga diperkirakan EPS Growth dari emiten yang ada di bursa saham masih akan tumbuh 5 persen sampai dengan 7 persen.

“Volatilitas dan fluktuasi mungkin terjadi bisa dimanfaatkan sebagai peluang investasi selama dilakukan secara bijaksana yakni sesuai dengan profil risiko serta dilakukan untuk jangka menengah-panjang.” kata Eri.

Baca juga: Komoditas hanjeli dinilai bisa jadi alternatif pangan
Baca juga: Distan Lombok Tengah sebutkan Petani tembakau tak dapat pupuk subsidi

Namun demikian, pihaknya mengingatkan perlunya mewaspadai dampak dari sentimen negatif yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar modal dalam negeri. Sebagaimana diketahui, IMF memperkirakan adanya perlambatan ekonomi global pada 2023 akibat adanya agresivitas The Federal Reserve yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 375 basis poin sepanjang tahun 2022.

Dalam kesempatan ini, Bank Danamon bersama BPAM menyelenggarakan Danamon Wealth Series bertajuk “Surviving the High Interest Rate Environment” untuk membahas tantangan dan potensi di tahun 2023.

“Melalui acara ini, Danamon bersama dengan Batavia bersinergi untuk membantu nasabah setia Danamon bersiap diri dengan memberikan navigasi dan gambaran yang jelas dan detil mengenai arah dan tren ekonomi untuk menghadapi tahun yang baru agar bisa mengambil keputusan investasi yang cermat dan tepat,” ujar Direktur Bank Danamon Tbk Rita Mirasari.



 


Pewarta : Muhammad Heriyanto
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024