Mataram (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Perkebunan Nusa Tenggara Barat akan mengkaji terlebih dahulu permintaan beras 30 ribu ton per hari oleh Pemda Jawa Timur sebagai langkah antisipasi menjaga ketersediaan beras di dalam daerah.
"Apakah cukup, kita akan pelajari, analisa lagi berapa yang bisa keluarkan dan berapa yang bisa kita tahan. Karena jangan sampai Jawa Timur (Jatim) kita penuhi tapi kebutuhan beras lokal kita tergerus," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Fathul Gani di Mataram, Rabu.
Ia menjelaskan sebetulnya bisa saja memenuhi permintaan 30 ton beras untuk Jatim tersebut. Mengingat, NTB dalam beberapa tahun terakhir tengah surplus beras. Hanya saja meski surplus beras, pihaknya tidak ingin kebutuhan beras di tingkat lokal menjadi berkurang, karena kurangnya pasokan sehingga harga beras menjadi melonjak.
"Kita senang harga beras naik, petani jadi sejahtera. Apalagi pemerintah sudah menaikkan HPP gabah kering giling (GKG) sampai Rp5.750 per kilogram (kg). Tapi kalau harga naik karena beras di tingkat lokal berkurang itu yang kita tidak mau," terangnya.
Diketahui di tahun 2022, produksi beras di NTB surplus hingga 300 ribu ton. Kondisi ini membuat NTB bisa menyuplai provinsi lain di Indonesia. Ia menerangkan, pada tahun 2022 produksi padi di NTB mencapai 1,46 juta ton gabah kering giling (GKG). Jumlah tersebut setara dengan beras sebanyak 921 ribu ton.
Angka produksi beras di 2022 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Di 2021, produksi beras di NTB sebanyak 897 ribu ton sehingga terdapat peningkatan produksi hampir 30 ribu ton.
Baca juga: Harga beras di Mataram mulai turun
Baca juga: TPID Lombok Barat menggelontorkan 20 ton beras untuk operasi pasar
Sementara konsumsi beras masyarakat NTB sebanyak 600 ribu ton per tahunnya. Artinya ada surplus 300 ribu ton lebih. "Selain beras, saat ini Jatim meminta untuk disediakan kopi, jagung dan kacang tanah. Cuman kita lihat dulu stok kita berapa, kalau kopi kita banyak begitu juga jagung. Nah kacang tanah ini kita masih sedikit," ujar mantan Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB ini.
Lebih lanjut, menurut Fathul Gani, permintaan komoditas asal NTB ini menindaklanjuti misi dagang dan investasi antara kedua provinsi. Di mana NTB pun juga membutuhkan berbagai produk yang berasal dari Jatim. Salah satunya dengan mendatangkan bibit varietas terbaik yang berasal dari Jatim.
"Mendatangkan varietas terbaik adalah salah satu contoh kerja sama, makanya kami berharap kerjasama ini berkesinambungan. Artinya kerjasama ini sama-sama saling menguntungkan dan tidak ada yang mendominasi, karena itu kita berharap kerjasama ini setara," katanya.
"Apakah cukup, kita akan pelajari, analisa lagi berapa yang bisa keluarkan dan berapa yang bisa kita tahan. Karena jangan sampai Jawa Timur (Jatim) kita penuhi tapi kebutuhan beras lokal kita tergerus," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Fathul Gani di Mataram, Rabu.
Ia menjelaskan sebetulnya bisa saja memenuhi permintaan 30 ton beras untuk Jatim tersebut. Mengingat, NTB dalam beberapa tahun terakhir tengah surplus beras. Hanya saja meski surplus beras, pihaknya tidak ingin kebutuhan beras di tingkat lokal menjadi berkurang, karena kurangnya pasokan sehingga harga beras menjadi melonjak.
"Kita senang harga beras naik, petani jadi sejahtera. Apalagi pemerintah sudah menaikkan HPP gabah kering giling (GKG) sampai Rp5.750 per kilogram (kg). Tapi kalau harga naik karena beras di tingkat lokal berkurang itu yang kita tidak mau," terangnya.
Diketahui di tahun 2022, produksi beras di NTB surplus hingga 300 ribu ton. Kondisi ini membuat NTB bisa menyuplai provinsi lain di Indonesia. Ia menerangkan, pada tahun 2022 produksi padi di NTB mencapai 1,46 juta ton gabah kering giling (GKG). Jumlah tersebut setara dengan beras sebanyak 921 ribu ton.
Angka produksi beras di 2022 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Di 2021, produksi beras di NTB sebanyak 897 ribu ton sehingga terdapat peningkatan produksi hampir 30 ribu ton.
Baca juga: Harga beras di Mataram mulai turun
Baca juga: TPID Lombok Barat menggelontorkan 20 ton beras untuk operasi pasar
Sementara konsumsi beras masyarakat NTB sebanyak 600 ribu ton per tahunnya. Artinya ada surplus 300 ribu ton lebih. "Selain beras, saat ini Jatim meminta untuk disediakan kopi, jagung dan kacang tanah. Cuman kita lihat dulu stok kita berapa, kalau kopi kita banyak begitu juga jagung. Nah kacang tanah ini kita masih sedikit," ujar mantan Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB ini.
Lebih lanjut, menurut Fathul Gani, permintaan komoditas asal NTB ini menindaklanjuti misi dagang dan investasi antara kedua provinsi. Di mana NTB pun juga membutuhkan berbagai produk yang berasal dari Jatim. Salah satunya dengan mendatangkan bibit varietas terbaik yang berasal dari Jatim.
"Mendatangkan varietas terbaik adalah salah satu contoh kerja sama, makanya kami berharap kerjasama ini berkesinambungan. Artinya kerjasama ini sama-sama saling menguntungkan dan tidak ada yang mendominasi, karena itu kita berharap kerjasama ini setara," katanya.