Mataram (ANTARA) - Dinas Sosial (Dinsos) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), segera memfasilitasi para pengamen jalanan agar lebih terbina, menghibur, dan tindak mengganggu masyarakat.
"Para pengamen jalanan kami minta membentuk asosiasi agar penyaluran bakat menyanyi dan menghibur mereka lebih profesional, tepat sasaran, dan yang terpenting tidak mengganggu," kata Plt Kepala Dinsos Kota Mataram Andi Darwis di Mataram, Selasa, menyikapi keberadaan pengamen jalanan yang meresahkan warga di sejumlah tempat makan.
Setiap malam, kata dia, laporan yang banyak diterima dari masyarakat adalah terkait keberadaan pengamen yang hanya datang duduk di depan orang makan, kemudian main gitar, bahkan ada yang hanya menggunakan alat musik seadanya dan menyanyi satu dua bait lagu kemudian minta-minta ke masyarakat.
"Kondisi itu kesannya peminta-minta modus ngamen, sehingga kurang elok dan sebaliknya menimbulkan keresahan masyarakat. Apalagi jumlahnya tidak sedikit, mereka akan datang berulang kali secara bergantian," katanya.
Baca juga: Dinsos-Satpol PP akan menertibkan pengamen di Mataram
Terkait dengan itu, lanjut Andi, setiap kali ada penertiban para pengamen, pihaknya sudah memberikan peringatan dan meminta mereka membuat asosiasi.
Setelah ada asosiasi, Dinsos akan memfasilitasi dengan melakukan komunikasi dengan para pemilik warung, restoran, bahkan pedagang kaki lima di sejumlah taman kota.
"Mereka bisa menyiapkan sendiri peralatan yang dibutuhkan dan tetap diam bernyanyi di tempat yang sudah mereka sepakati, sehingga benar-benar memberikan hiburan bagi pengunjung," katanya.
Baca juga: Kisah Noviana pengamen jalanan, sukses jadi wisudawan terbaik Unair
Sementara untuk pembayaran mereka, lanjutnya, akan dikomunikasikan dengan pemilik usaha atau bekerja sama dengan Asosiasi Pedagang Kaki Lima (PKL) setempat.
"Selain dapat dari pihak pengelola, pengamen juga bisa dapat dari para pengunjung yang memang ikhlas memberikan saweran karena sudah menghibur dengan suara mereka," katanya.
Hanya saja, katanya, rencana itu kurang mendapat respon dari para pengamen karena menurut mereka lebih senang keliling dari satu tempat ke tempat yang lain.
"Itu menjadi tantangan kami, dan kami tetap upayakan agar rencana ini bisa dilaksanakan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait agar bisa terealisasi sebagai bentuk pembinaan sehingga Kota Mataram bisa bebas pengamen jalanan," katanya.
Baca juga: Oky Wiratama berharap korban salah tangkap dapatkan hak ganti kerugian
"Para pengamen jalanan kami minta membentuk asosiasi agar penyaluran bakat menyanyi dan menghibur mereka lebih profesional, tepat sasaran, dan yang terpenting tidak mengganggu," kata Plt Kepala Dinsos Kota Mataram Andi Darwis di Mataram, Selasa, menyikapi keberadaan pengamen jalanan yang meresahkan warga di sejumlah tempat makan.
Setiap malam, kata dia, laporan yang banyak diterima dari masyarakat adalah terkait keberadaan pengamen yang hanya datang duduk di depan orang makan, kemudian main gitar, bahkan ada yang hanya menggunakan alat musik seadanya dan menyanyi satu dua bait lagu kemudian minta-minta ke masyarakat.
"Kondisi itu kesannya peminta-minta modus ngamen, sehingga kurang elok dan sebaliknya menimbulkan keresahan masyarakat. Apalagi jumlahnya tidak sedikit, mereka akan datang berulang kali secara bergantian," katanya.
Baca juga: Dinsos-Satpol PP akan menertibkan pengamen di Mataram
Terkait dengan itu, lanjut Andi, setiap kali ada penertiban para pengamen, pihaknya sudah memberikan peringatan dan meminta mereka membuat asosiasi.
Setelah ada asosiasi, Dinsos akan memfasilitasi dengan melakukan komunikasi dengan para pemilik warung, restoran, bahkan pedagang kaki lima di sejumlah taman kota.
"Mereka bisa menyiapkan sendiri peralatan yang dibutuhkan dan tetap diam bernyanyi di tempat yang sudah mereka sepakati, sehingga benar-benar memberikan hiburan bagi pengunjung," katanya.
Baca juga: Kisah Noviana pengamen jalanan, sukses jadi wisudawan terbaik Unair
Sementara untuk pembayaran mereka, lanjutnya, akan dikomunikasikan dengan pemilik usaha atau bekerja sama dengan Asosiasi Pedagang Kaki Lima (PKL) setempat.
"Selain dapat dari pihak pengelola, pengamen juga bisa dapat dari para pengunjung yang memang ikhlas memberikan saweran karena sudah menghibur dengan suara mereka," katanya.
Hanya saja, katanya, rencana itu kurang mendapat respon dari para pengamen karena menurut mereka lebih senang keliling dari satu tempat ke tempat yang lain.
"Itu menjadi tantangan kami, dan kami tetap upayakan agar rencana ini bisa dilaksanakan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait agar bisa terealisasi sebagai bentuk pembinaan sehingga Kota Mataram bisa bebas pengamen jalanan," katanya.
Baca juga: Oky Wiratama berharap korban salah tangkap dapatkan hak ganti kerugian