Mataram (ANTARA) - Komandan Detasemen Kesehatan Wilayah (Denkesyah ) Mataram, Nusa Tenggara Barat, Letnan Kolonel CKM Khoirul Anam mengatakan bahwa pos pelayanan terpadu (posyandu) merupakan ujung tombak kesehatan nasional.
"Mengingat posyandu sebagai ujung tombak kesehatan nasional, untuk itu pengelolaan harus ditingkatkan melalui kompetensi sumber daya," kata Letkol Khoirul dalam siaran pers yang diterima di Mataram, Sabtu.
Menurut dia, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang berada di setiap kecamatan punya peran besar dalam pengelolaan posyandu.
"Bisa melalui pendampingan ibu-ibu kader. Mereka ini harus benar-benar dibekali pelatihan seperti pengetahuan tentang kesehatan promotif, kompetensi kader dan posyandu juga dilengkapi dengan sarana prasarana pendukung," ujarnya.
Baca juga: TNI mendukung peningkatan SDM kader posyandu di Lombok Tengah
Baca juga: Sulbar meminta puskesmas terapkan Integrasi Layanan Primer
Dia mengatakan bahwa hal ini penting dalam mewujudkan generasi gemilang. Posyandu sebagai garda terdepan harus dapat memastikan tumbuh kembang anak tetap baik.
Dia turut menyampaikan sedikit pemahaman tentang kesehatan anak, khususnya dalam usia emas, yakni kurang dari 3 tahun. Untuk menghindari stunting, banyak hal yang harus menjadi perhatian agar tumbuh kembang anak tetap baik.
"Seperti kebutuhan nutrisi, kalau terus-menerus kekurangan, otomatis perkembangan otak tidak bekerja secara optimal. Konsumsi protein hewani sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan mencegah stunting," katanya.
Selain itu, harus melihat dari pola makan. Sebab, Menurut dia, pola makan ini memiliki pengaruh besar dalam tumbuh kembang anak di usia emas. Jika kekurangan asam amino esensial maka hormon pertumbuhan dan metabolisme tumbuh kembang anak juga akan terganggu.
"Jika ini terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif anak. Protein hewani sebagai zat gizi makro memiliki sumber asam amino esensial terbaik yang diperlukan tubuh untuk mengaktifkan berbagai enzim dan hormon pertumbuhan," ujar dia.
Dengan memberikan sedikit pemahaman, Letkol Khoirul berharap seluruh posyandu yang ada di NTB dapat menjalankan peran dengan baik sehingga tidak ada lagi kasus stunting pada anak.
"Perlu juga adanya intervensi dari semua pihak agar kebutuhan gizi seimbang anak tetap terpenuhi," ucapnya.
Sebagai implementasi dari hal tersebut, Letkol Khoirul secara rutin mengajak pihak pemerintah daerah hingga tingkat desa/kelurahan untuk menyosialisasikan hal tersebut melalui posyandu.
Terakhir, kegiatan berlangsung di Desa Bilelande, Kabupaten Lombok Tengah, Jumat (26/1). Letkol Khoirul hadir bersama pihak pemerintah ke tengah masyarakat.
Baca juga: Posyandu remaja kunci produktif hadapi bonus demografi
"Mengingat posyandu sebagai ujung tombak kesehatan nasional, untuk itu pengelolaan harus ditingkatkan melalui kompetensi sumber daya," kata Letkol Khoirul dalam siaran pers yang diterima di Mataram, Sabtu.
Menurut dia, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang berada di setiap kecamatan punya peran besar dalam pengelolaan posyandu.
"Bisa melalui pendampingan ibu-ibu kader. Mereka ini harus benar-benar dibekali pelatihan seperti pengetahuan tentang kesehatan promotif, kompetensi kader dan posyandu juga dilengkapi dengan sarana prasarana pendukung," ujarnya.
Baca juga: TNI mendukung peningkatan SDM kader posyandu di Lombok Tengah
Baca juga: Sulbar meminta puskesmas terapkan Integrasi Layanan Primer
Dia mengatakan bahwa hal ini penting dalam mewujudkan generasi gemilang. Posyandu sebagai garda terdepan harus dapat memastikan tumbuh kembang anak tetap baik.
Dia turut menyampaikan sedikit pemahaman tentang kesehatan anak, khususnya dalam usia emas, yakni kurang dari 3 tahun. Untuk menghindari stunting, banyak hal yang harus menjadi perhatian agar tumbuh kembang anak tetap baik.
"Seperti kebutuhan nutrisi, kalau terus-menerus kekurangan, otomatis perkembangan otak tidak bekerja secara optimal. Konsumsi protein hewani sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan mencegah stunting," katanya.
Selain itu, harus melihat dari pola makan. Sebab, Menurut dia, pola makan ini memiliki pengaruh besar dalam tumbuh kembang anak di usia emas. Jika kekurangan asam amino esensial maka hormon pertumbuhan dan metabolisme tumbuh kembang anak juga akan terganggu.
"Jika ini terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif anak. Protein hewani sebagai zat gizi makro memiliki sumber asam amino esensial terbaik yang diperlukan tubuh untuk mengaktifkan berbagai enzim dan hormon pertumbuhan," ujar dia.
Dengan memberikan sedikit pemahaman, Letkol Khoirul berharap seluruh posyandu yang ada di NTB dapat menjalankan peran dengan baik sehingga tidak ada lagi kasus stunting pada anak.
"Perlu juga adanya intervensi dari semua pihak agar kebutuhan gizi seimbang anak tetap terpenuhi," ucapnya.
Sebagai implementasi dari hal tersebut, Letkol Khoirul secara rutin mengajak pihak pemerintah daerah hingga tingkat desa/kelurahan untuk menyosialisasikan hal tersebut melalui posyandu.
Terakhir, kegiatan berlangsung di Desa Bilelande, Kabupaten Lombok Tengah, Jumat (26/1). Letkol Khoirul hadir bersama pihak pemerintah ke tengah masyarakat.
Baca juga: Posyandu remaja kunci produktif hadapi bonus demografi