New York (ANTARA) - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyuarakan kekhawatiran mengenai meningkatnya kekerasan di Fashir, sebuah kota di negara bagian Darfur Utara, Sudan. Melansir Kantor Berita Turki, Anadolu, Minggu, Dewan Keamanan menekankan potensi konsekuensi dari setiap serangan terhadap kota tersebut yang saat ini menampung sejumlah besar pengungsi internal.
Dewan mendesak militer dan Pasukan Dukungan Cepat untuk meredakan ketegangan dan memenuhi kewajiban berdasarkan hukum internasional. Dewan secara khusus menekankan pentingnya menjaga perdamaian di Fashir.
Meskipun ada upaya diplomasi untuk menyelesaikan konflik, termasuk mediasi oleh Arab Saudi, Amerika Serikat dan Mesir, serta inisiatif dari organisasi-organisasi regional, konflik yang berkepanjangan di Sudan telah menyebabkan banyak korban jiwa, pengungsian dan krisis kemanusiaan yang mengerikan.
PBB pada Jumat (26/4) mengeluarkan peringatan keras tentang meningkatnya situasi di El Fasher, ibu kota Darfur Utara di Sudan, dan mengatakan wilayah tersebut sudah berada di ambang kelaparan.
"Kami menerima laporan yang semakin mengkhawatirkan tentang eskalasi ketegangan yang dramatis antara aktor-aktor bersenjata di El Fasher, Darfur Utara," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Menko sebut Indonesia berpengalaman atasi inflasi saat konflik Rusia-Ukraina
Baca juga: ASEAN desak penghentian kekerasan konflik di Myanmar
Dujarric mengatakan bahwa pasukan paramiliter "Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dilaporkan mengepung El Fasher, menunjukkan bahwa langkah terkoordinasi untuk menyerang kota itu mungkin akan segera terjadi."
Dia juga mengatakan bahwa Pasukan Bersenjata Sudan (SAF) sedang memposisikan diri mereka, meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya konfrontasi skala besar.
Sumber : Anadolu