Sumbawa (ANTARA) - Pasca diresmikannya penyalaan listrik selama 24 jam secara penuh pada Rabu (8/5), ternyata turut berimbas terhadap dua sektor penting pembangunan daerah di Desa Sebotok. 

Dua sektor tersebut adalah kesehatan dan pendidikan. Terdapat puskesmas dan sekolah di Desa Sebotok yang kesemuanya kini telah dapat menikmati dan memanfaatkan listrik dalam mengembangkan program dan layanannya.

Seperti halnya penuturan dari Sri Hariani, salah seorang perawat Puskesmas Labuan Badas II Sebotok Kecamatan Labuan Badas. 

"Sebelum adanya listrik, kami kesulitan dalam pengiriman laporan ke pusat, soalnya sekarang kan semua bentuk laporannya online, jadi harus ada listrik, harus ada komputer, laptop untuk pengiriman laporan, dan untuk tindakan-tindakan yang ada di IGD, tindakan-tindakan di ruang kebidanan, semuanya harus butuh listrik," katanya.

Dengan total jumlah tenaga kesehatan sebanyak 24 orang, Puskesmas Labuan Badas II telah memiliki IGD dan fasilitas rawat inap. 

"Senang ada listrik, jadi bisa lebih mempermudah kami untuk melakukan akses pelayanan di sini. Terima kasih kepada PLN yang sudah mau memfasilitasi kami dengan listrik 24 jam. Semoga PLN menjadi jaya, terus maju, dan memberikan yang terbaik," ujar Sri.

Kepala Sekolah SD 1 Moyo, Abdul Hamid juga menuturkan hal yang sama. 

"Kami sangat iri dengan sekolah-sekolah di daratan yang sudah 24 jam, bisa melaksanakan pembelajaran seperti sekolah-sekolah yang sudah yang berada di kota-kota. Kami dari SDN 1 Pulau Moyo, banyak kekurangan didalam melaksanakan proses belajar mengajar, maupun kegiatan administrasi. Kami harus tunggu sampai malam harinya, seperti scan, fotokopi, print, karena listriknya hanya ada pada malam hari saja," tuturnya.

Sebelum listrik menyala 24 jam, ketika ada pembelajaran yang harus diperkenalkan langsung kepada siswa, mereka menayangkannya melalui laptop, namun tidak bisa bertahan lama karena mengikuti daya baterai laptop. Sehingga gambar-gambarnya di print pada saat malam hari, namun hasil pengajarannya tidak sesuai harapan ketika dibandingkan dengan materi pengajaran yang ditayangkan secara langsung. 

"Saya selaku kepala Sekolah di sini bersama guru-guru yang lainnya mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada PLN, mudah-mudahan listriknya dapat berjalan 24 jam," harapnya.

Tidak berbeda, Muhammad Azhar, pengajar  SMK Negeri Pulau Moyo yang memiliki siswa sejumlah 98 anak, menuturkan perjalanan proses belajar mengajar sebelum adanya listrik di siang hari. 

"Kami menggunakan genset, terutama pada saat Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Biasanya dalam satu minggu itu bisa 20 liter kita pakai karena dari jam enam sampai dengan jam tiga sore," ujarnya. 

Sekolah ini memiliki 23 unit komputer, laptop, printer, LCD dan peralatan bantuan DAC dari pemerintah dengan beragam spesifikasi alatnya yang membutuhkan suplai listrik untuk pengoperasiannya.

"Kami atas nama lembaga SMK Negeri Pulau Moyo, menyampaikan apresiasi yang sangat besar kepada Pemerintah, PLN dan stakeholder yang terlibat, kami sangat senang sekali. Biaya-biaya yang tadi kita keluarkan bisa diminimalisir. Dengan adanya listrik, kita bisa ngeprint dan lain sebagainya, tidak perlu menunggu malam. Sangat luar biasa dan kami menyampaikan terima kasih banyak kepada pihak PLN dan stakeholder yang terlibat," ucapnya.

Baca juga: UMKM Desa Sebotok mulai bangkit berkat listrik 24 jam, Rumah BUMN PLN siap support
Baca juga: PLN-BNN cegah penyalahgunaan narkoba di Bima dan Dompu

General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTB, Sudjarwo, menyampaikan kegembiraanya, 

"Dari kesehatan hingga pendidikan, listrik 24 jam telah menjadi tiang penyangga kemajuan Desa Sebotok. Setiap langkah pelayanan dan proses pembelajaran kini lebih lancar dan efisien. Terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu. Keberhasilan ini tidak hanya sekedar menghidupkan listrik di rumah warga, tetapi juga memberikan semangat dan harapan akan masa depan yang lebih baik," katanya.

Pewarta : Awaludin
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024