Mataram (Antaranews NTB) - Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH Muhammad Zainul Majdi meminta semua pihak tak perlu meratapi kegagalan NTB dan Bali menjadi tuan rumah bersama Pekan Olahraga Nasional ke XXI tahun 2024.
"Namanya ikhtiar, bisa berhasil bisa juga gagal," ujar Gubernur NTB di Mataram, Rabu.
Menurut Tuan Guru Bajang (TGB) sapaan akrab Gubernur NTB, pemerintah provinsi baik NTB maupun Bali bersama KONI kedua daerah sudah berusaha maksimal memperjuangkan agar NTB dan Bali menjadi tuan rumah bersama PON XXI tahun 2024.
"Keputusan itukan berasal dari suara-suara KONI daerah. Mungkin teman-teman Aceh dan Sumatera Utara lobinya kuat dan lebih jauh. Kalau kita ini kan betul-betul dari awal mencoba," ujarnya.
Kendati kalah dan tak menjadi tuan rumah, menurut TGB, NTB dan Bali mampu berada di posisi kedua dalam perolehan suara
"Kita syukuri, bisa lebih dari yang lain dengan keterbatasan, tetapi cukup banyak KONI yang percaya kepada kita," ucap TGB.
Ia menambahkan, meski NTB kalah dalam persaingan PON XXI tahun 2024, pihaknya berharap wacana pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang merencanakan PON diselenggarakan dua tahun sekali, NTB bisa menjadi tuan rumahnya.
"Kita berharap wacana PON dari empat tahun sekali menjadi dua tahun, NTB bisa dapatkan," katanya.
Disinggung apakah kegagalan menjadi tuan rumah akibat KONI NTB tidak serius melobi daerah-daerah lain, TGB menegaskan bahwa hal tersebut tidak bisa sepenuhnya dibebankan menjadi tanggung jawab ketua maupun pengurus KONI.
Sebab, ia menilai, selama ini KONI NTB sudah berusaha maksimal agar NTB dan Bali bisa menjadi tuan rumah PON 2024.
Ia mengatakan bahwa persoalan kegagalan NTB bukan pada hasil akhir, melainkan pada prosesnya.
"Saya pikir kita melihat bukan pada hasil akhir, tapi prosesnya kayak apa. Ini sudah luar biasa kita sudah berusaha bersama-sama," katanya.
Menurut TGB, jauh sebelum bidding PON di Jakarta dirinya juga telah berkomunikasi dengan sejumlah gubernur dari daerah lain, termasuk Aceh agar mau mendukung NTB dan Bali.
"Ketika ke Aceh saya juga ditemui KONI Aceh untuk menyampaikan hal yang sama. Sebagai tanda perhatian pemerintah pusat, itu bagus. Di PON ini biarlah dilaksanakan di Aceh dan Sumut dulu," katanya.
Sebelumnya dalam Musyawarah Organisasi Nasional Luar Biasa KONI 2018 menetapkan Provinsi Aceh bersama Provinsi Sumatera Utara sebagai tuan rumah PON ke XXI tahun 2024.
Dalam pemilihan yang berlangsung di Jakarta itu, Aceh-Sumatera Utara mengalahkan dua kandidat lain yaitu Provinsi Bali bersama Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Kalimantan Selatan.
Provinsi Aceh-Sumatera Utara meraih total 24 suara dari 34 suara KONI provinsi di seluruh Indonesia. Sedangkan Provinsi Bali-NTB meraih delapan suara dan Provinsi Kalimantan Selatan meraih dua suara.
Musornaslub KONI 2018 ini diikuti 393 peserta yang terdiri dari 53 orang perwakilan cabang-cabang olah raga, 97 orang dari 34 KONI provinsi, dan 243 orang dari KONI kabupaten. (*)
"Namanya ikhtiar, bisa berhasil bisa juga gagal," ujar Gubernur NTB di Mataram, Rabu.
Menurut Tuan Guru Bajang (TGB) sapaan akrab Gubernur NTB, pemerintah provinsi baik NTB maupun Bali bersama KONI kedua daerah sudah berusaha maksimal memperjuangkan agar NTB dan Bali menjadi tuan rumah bersama PON XXI tahun 2024.
"Keputusan itukan berasal dari suara-suara KONI daerah. Mungkin teman-teman Aceh dan Sumatera Utara lobinya kuat dan lebih jauh. Kalau kita ini kan betul-betul dari awal mencoba," ujarnya.
Kendati kalah dan tak menjadi tuan rumah, menurut TGB, NTB dan Bali mampu berada di posisi kedua dalam perolehan suara
"Kita syukuri, bisa lebih dari yang lain dengan keterbatasan, tetapi cukup banyak KONI yang percaya kepada kita," ucap TGB.
Ia menambahkan, meski NTB kalah dalam persaingan PON XXI tahun 2024, pihaknya berharap wacana pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang merencanakan PON diselenggarakan dua tahun sekali, NTB bisa menjadi tuan rumahnya.
"Kita berharap wacana PON dari empat tahun sekali menjadi dua tahun, NTB bisa dapatkan," katanya.
Disinggung apakah kegagalan menjadi tuan rumah akibat KONI NTB tidak serius melobi daerah-daerah lain, TGB menegaskan bahwa hal tersebut tidak bisa sepenuhnya dibebankan menjadi tanggung jawab ketua maupun pengurus KONI.
Sebab, ia menilai, selama ini KONI NTB sudah berusaha maksimal agar NTB dan Bali bisa menjadi tuan rumah PON 2024.
Ia mengatakan bahwa persoalan kegagalan NTB bukan pada hasil akhir, melainkan pada prosesnya.
"Saya pikir kita melihat bukan pada hasil akhir, tapi prosesnya kayak apa. Ini sudah luar biasa kita sudah berusaha bersama-sama," katanya.
Menurut TGB, jauh sebelum bidding PON di Jakarta dirinya juga telah berkomunikasi dengan sejumlah gubernur dari daerah lain, termasuk Aceh agar mau mendukung NTB dan Bali.
"Ketika ke Aceh saya juga ditemui KONI Aceh untuk menyampaikan hal yang sama. Sebagai tanda perhatian pemerintah pusat, itu bagus. Di PON ini biarlah dilaksanakan di Aceh dan Sumut dulu," katanya.
Sebelumnya dalam Musyawarah Organisasi Nasional Luar Biasa KONI 2018 menetapkan Provinsi Aceh bersama Provinsi Sumatera Utara sebagai tuan rumah PON ke XXI tahun 2024.
Dalam pemilihan yang berlangsung di Jakarta itu, Aceh-Sumatera Utara mengalahkan dua kandidat lain yaitu Provinsi Bali bersama Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Kalimantan Selatan.
Provinsi Aceh-Sumatera Utara meraih total 24 suara dari 34 suara KONI provinsi di seluruh Indonesia. Sedangkan Provinsi Bali-NTB meraih delapan suara dan Provinsi Kalimantan Selatan meraih dua suara.
Musornaslub KONI 2018 ini diikuti 393 peserta yang terdiri dari 53 orang perwakilan cabang-cabang olah raga, 97 orang dari 34 KONI provinsi, dan 243 orang dari KONI kabupaten. (*)