Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Nusa Tenggara Barat sebesar 49,26 juta dolar AS pada Juli 2024 naik 22 persen dibandingkan impor Juni 2024 yang berjumlah 40,37 dolar AS.
"Impor paling besar mesin-mesin atau pesawat mekanik," kata Kepala BPS Nusa Tenggara Barat Wahyudin di Mataram, Kamis.
Wahyudin menjelaskan impor mesin-mesin atau pesawat mekanik tersebut mencapai 64,33 persen, lalu diikuti oleh impor karet dan barang dari karet sebanyak 13,29 persen, mesin atau peralatan listrik mencapai 10,81 persen, perangkat optik 4,94 persen, perabot penerang rumah 3,10 persen, dan kendaraan serta bagiannya sebesar 1,72 persen.
Negara yang mengimpor barang-barang ke Nusa Tenggara Barat adalah China sebanyak 46,50 persen, Jepang 13,29 persen, Singapura 10,97 persen, Australia 9,26 persen, Perancis 5,58 persen, dan lainnya sebanyak 14,60 persen.
"Pelabuhan bongkar muat komoditas impor berada di Pelabuhan Benete, Kabupaten Sumbawa Barat," kata Wahyudin.
Baca juga: NTB tingkatkan pengawasan impor barang
Impor mesin atau pesawat mekanik itu berupa mesin, kondensor, bagian dari cartridge penyaring, serta mesin untuk pencampur bahan mineral.
Kelompok komoditas karet dan barang dari karet yang masuk ke Nusa Tenggara Barat berupa ban, gasket, ring, dan seal. Barang-barang impor itu juga diperlukan untuk menopang kegiatan tambang maupun sebagian industri barang tambang.
Sedangkan, impor mesin dan peralatan listrik adalah transformator, suku cadang, bagian dari alat penyalaan, motor AC.
"Jika dibandingkan impor Juli 2023 dengan Juli 2024, ada penurunan sekitar 46,78 persen atau dari 92,55 juta dolar AS menjadi 49,26 juta dolar AS," papar Wahyudin.
Baca juga: BPS: Neraca perdagangan di NTB defisit 38,56 juta dolar AS
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa bahan-bahan impor itu sebagian besar untuk bahan baku dan bahan penolong yang dipergunakan oleh aktivitas tambang dan industri smelter di Pulau Sumbawa.
Meski fasilitas pemurnian dan peleburan tembaga belum beroperasi tetapi barang modal dan sebagainya sudah berada di Sumbawa.
"Rincian impor menurut penggunaan adalah 66,39 persen berupa bahan baku dan penolong, barang-barang modal sebanyak 33,60 persen, dan barang-barang konsumsi 0,01 persen," pungkas Wahyudin.
Baca juga: BPS: Impor NTB turun 59,17 persen pada Juni 2024
Baca juga: Impor beras dongkrak penerimaan bea masuk di Lombok NTB
Baca juga: Nilai ekspor NTB pada Februari 2024 meningkat
"Impor paling besar mesin-mesin atau pesawat mekanik," kata Kepala BPS Nusa Tenggara Barat Wahyudin di Mataram, Kamis.
Wahyudin menjelaskan impor mesin-mesin atau pesawat mekanik tersebut mencapai 64,33 persen, lalu diikuti oleh impor karet dan barang dari karet sebanyak 13,29 persen, mesin atau peralatan listrik mencapai 10,81 persen, perangkat optik 4,94 persen, perabot penerang rumah 3,10 persen, dan kendaraan serta bagiannya sebesar 1,72 persen.
Negara yang mengimpor barang-barang ke Nusa Tenggara Barat adalah China sebanyak 46,50 persen, Jepang 13,29 persen, Singapura 10,97 persen, Australia 9,26 persen, Perancis 5,58 persen, dan lainnya sebanyak 14,60 persen.
"Pelabuhan bongkar muat komoditas impor berada di Pelabuhan Benete, Kabupaten Sumbawa Barat," kata Wahyudin.
Baca juga: NTB tingkatkan pengawasan impor barang
Impor mesin atau pesawat mekanik itu berupa mesin, kondensor, bagian dari cartridge penyaring, serta mesin untuk pencampur bahan mineral.
Kelompok komoditas karet dan barang dari karet yang masuk ke Nusa Tenggara Barat berupa ban, gasket, ring, dan seal. Barang-barang impor itu juga diperlukan untuk menopang kegiatan tambang maupun sebagian industri barang tambang.
Sedangkan, impor mesin dan peralatan listrik adalah transformator, suku cadang, bagian dari alat penyalaan, motor AC.
"Jika dibandingkan impor Juli 2023 dengan Juli 2024, ada penurunan sekitar 46,78 persen atau dari 92,55 juta dolar AS menjadi 49,26 juta dolar AS," papar Wahyudin.
Baca juga: BPS: Neraca perdagangan di NTB defisit 38,56 juta dolar AS
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa bahan-bahan impor itu sebagian besar untuk bahan baku dan bahan penolong yang dipergunakan oleh aktivitas tambang dan industri smelter di Pulau Sumbawa.
Meski fasilitas pemurnian dan peleburan tembaga belum beroperasi tetapi barang modal dan sebagainya sudah berada di Sumbawa.
"Rincian impor menurut penggunaan adalah 66,39 persen berupa bahan baku dan penolong, barang-barang modal sebanyak 33,60 persen, dan barang-barang konsumsi 0,01 persen," pungkas Wahyudin.
Baca juga: BPS: Impor NTB turun 59,17 persen pada Juni 2024
Baca juga: Impor beras dongkrak penerimaan bea masuk di Lombok NTB
Baca juga: Nilai ekspor NTB pada Februari 2024 meningkat