Mataram (ANTARA) - Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar pameran temporer barang-barang peninggalan kerajaan Mataram Islam mulai dari kuliner, pakaian adat, hingga alat-alat kesenian untuk berdakwah.
Kepala Museum Negeri NTB Ahmad Nuralam mengatakan pameran itu bercerita tentang pusat ibu kota pemerintahan dan wilayah penting Mataram Islam saat berada di Yogyakarta, yakni Kotagede, Pleret, dan Imogiri.
"Inilah sedikit kontribusi museum untuk pemajuan kebudayaan di NTB," ujarnya di Mataram, Selasa.
Baca juga: Museum Negeri NTB ikuti pameran dunia Islam di Arab Saudi
Pameran bertajuk Mataram Islam: Sakaningrat, Jayaningrat, Paraningrat itu merupakan kolaborasi antara Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Museum Negeri NTB dan hanya berlangsung selama empat hari pada 20-23 Agustus 2024.
Nuralam menjelaskan Sakaningrat bercerita tentang asal mula kerajaan Mataram Islam di Kotagede. Daerah itu sebagai cikal bakal dari Mataram Islam dan sampai saat ini masih melestarikan berbagai tradisi Mataram Islam.
Sedangkan, Jayaningrat adalah masa jaya Mataram Islam yang dipimpin oleh oleh Sultan Agung serta surutnya Mataram Islam masa Sunan Amangkurat I yang berada di Pleret. Adapun Paraningrat menceritakan tempat peristirahatan para raja di Pajimatan Imogiri yang dibangun pada masa Sultan Agung.
Baca juga: Museum NTB konservasi empat keris berusia ratusan tahun
Beragam peninggalan budaya baik benda maupun tak benda menjadi saksi kebudayaan Mataram Islam yang masih bisa dijumpai bila berkunjung ke Kotagede, Pleret, maupun Imogiri.
"Masyarakat bisa mengunjungi pameran itu secara gratis di Museum NTB," katanya.
Pameran Mataram Islam memberikan gambaran serta edukasi kepada masyarakat luas terkhusus masyarakat Nusa Tenggara Barat bahwa sejarah panjang dari Kesultanan Yogyakarta bermula dari Kerajaan Mataram Islam.
Baca juga: Museum NTB dorong pramuwisata dalami budaya lokal
Kepala Seksi Permuseuman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Sony Saifudin mengatakan ada sembilan benda yang dipamerkan, di antaranya kuliner khas kipo, legomoro, dan kembang waru koleksi Museum Kotagede.
Selanjutnya, replika umpak kerto berapa penyangga tiang keraton Kerto; rebana dan kipas sebagai alat kesenian; serta pakaian abdi dalem Keraton Kesultanan Yogyakarta dan Keraton Kesultanan Surakarta.
"Kami berharap pameran itu bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menambah pengetahuan tentang kerajaan Mataram Islam dan juga tentang Lombok. Karena selain pameran yang menghadirkan Mataram Islam juga ada pameran tentang Lombok," kata Sony.
Baca juga: Museum NTB lobi kolektor barang antik Australia untuk hibahkan tenun
Kepala Museum Negeri NTB Ahmad Nuralam mengatakan pameran itu bercerita tentang pusat ibu kota pemerintahan dan wilayah penting Mataram Islam saat berada di Yogyakarta, yakni Kotagede, Pleret, dan Imogiri.
"Inilah sedikit kontribusi museum untuk pemajuan kebudayaan di NTB," ujarnya di Mataram, Selasa.
Baca juga: Museum Negeri NTB ikuti pameran dunia Islam di Arab Saudi
Pameran bertajuk Mataram Islam: Sakaningrat, Jayaningrat, Paraningrat itu merupakan kolaborasi antara Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Museum Negeri NTB dan hanya berlangsung selama empat hari pada 20-23 Agustus 2024.
Nuralam menjelaskan Sakaningrat bercerita tentang asal mula kerajaan Mataram Islam di Kotagede. Daerah itu sebagai cikal bakal dari Mataram Islam dan sampai saat ini masih melestarikan berbagai tradisi Mataram Islam.
Sedangkan, Jayaningrat adalah masa jaya Mataram Islam yang dipimpin oleh oleh Sultan Agung serta surutnya Mataram Islam masa Sunan Amangkurat I yang berada di Pleret. Adapun Paraningrat menceritakan tempat peristirahatan para raja di Pajimatan Imogiri yang dibangun pada masa Sultan Agung.
Baca juga: Museum NTB konservasi empat keris berusia ratusan tahun
Beragam peninggalan budaya baik benda maupun tak benda menjadi saksi kebudayaan Mataram Islam yang masih bisa dijumpai bila berkunjung ke Kotagede, Pleret, maupun Imogiri.
"Masyarakat bisa mengunjungi pameran itu secara gratis di Museum NTB," katanya.
Pameran Mataram Islam memberikan gambaran serta edukasi kepada masyarakat luas terkhusus masyarakat Nusa Tenggara Barat bahwa sejarah panjang dari Kesultanan Yogyakarta bermula dari Kerajaan Mataram Islam.
Baca juga: Museum NTB dorong pramuwisata dalami budaya lokal
Kepala Seksi Permuseuman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Sony Saifudin mengatakan ada sembilan benda yang dipamerkan, di antaranya kuliner khas kipo, legomoro, dan kembang waru koleksi Museum Kotagede.
Selanjutnya, replika umpak kerto berapa penyangga tiang keraton Kerto; rebana dan kipas sebagai alat kesenian; serta pakaian abdi dalem Keraton Kesultanan Yogyakarta dan Keraton Kesultanan Surakarta.
"Kami berharap pameran itu bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menambah pengetahuan tentang kerajaan Mataram Islam dan juga tentang Lombok. Karena selain pameran yang menghadirkan Mataram Islam juga ada pameran tentang Lombok," kata Sony.
Baca juga: Museum NTB lobi kolektor barang antik Australia untuk hibahkan tenun