Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kecamatan Ampenan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, memasang tanggul dengan menerapkan metode "ban insang" sebagai langkah antisipasi abrasi pantai menjelang musim hujan disertai cuaca ekstrem.
Camat Ampenan Kota Mataram Muzakir Walad di Mataram, Ahad, mengatakan pemasangan tanggul ban insang dilaksanakan secara swadaya dan gotong royong bersama warga sekitar pantai.
"Pemasangan ban insang saat ini kami kerjakan di pesisir Pantai Penghulu Agung dengan panjang sekitar 50 meter lebih," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram siap pasang "riprap" cegah abrasi
Kawasan Penghulu Agung menjadi lokasi pemasangan tanggul dengan metode ban insang karena selama ini menjadi titik rawan abrasi sehingga sering kali gelombang pasang masuk ke rumah warga.
Sebelumnya, pihaknya juga sudah menerapkan metode serupa di pesisir Pantai Karang Buyuk dengan panjang sekitar 200 meter, dan lebar ke arah laut sekitar 4 meter.
Dari hasil evaluasi, tanggul dengan metode ban insang tersebut dinilai efektif sehingga metode serupa di terapkan kembali untuk titik-titik rawan abrasi pantai terutama pesisir yang banyak ditempati warga.
Baca juga: Puluhan rumah warga pesisir Ampenan Mataram terkena dampak abrasi
Dikatakan, metode ban insang adalah membuat tanggul menggunakan ban mobil bekas yang dibelah menjadi dua kemudian diikat dan disusun seperti insang ikan.
Dengan teknik ini, ketika terjadi gelombang pasang maka pasir akan mengendap di ban sehingga dalam waktu lama terjadi tumpukan pasir dan akan terlihat seperti daratan dan menjorok ke lautan.
"Tumpukan pasir yang sudah menjadi daratan kita tanami magrove dan waru sebagai bagian mitigasi bencana," katanya.
Baca juga: Tujuh perahu nelayan rusak akibat abrasi di Pantai Ampenan Mataram
Harapannya, melalui metode ban insang ini masyarakat yang berada di sempadan pantai bisa terhindari dari ancaman abrasi pantai yang setiap tahunnya terjadi saat musim angin barat.
Apalagi, warga di Kecamatan Ampenan yang masih tinggal di sempadan pantai terdata sekitar 300 kepala keluarga
"Setelah di Penghulu Agung, pemasangan ban insang kami rencana di kampung nelayan Bintaro," katanya.*
Camat Ampenan Kota Mataram Muzakir Walad di Mataram, Ahad, mengatakan pemasangan tanggul ban insang dilaksanakan secara swadaya dan gotong royong bersama warga sekitar pantai.
"Pemasangan ban insang saat ini kami kerjakan di pesisir Pantai Penghulu Agung dengan panjang sekitar 50 meter lebih," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram siap pasang "riprap" cegah abrasi
Kawasan Penghulu Agung menjadi lokasi pemasangan tanggul dengan metode ban insang karena selama ini menjadi titik rawan abrasi sehingga sering kali gelombang pasang masuk ke rumah warga.
Sebelumnya, pihaknya juga sudah menerapkan metode serupa di pesisir Pantai Karang Buyuk dengan panjang sekitar 200 meter, dan lebar ke arah laut sekitar 4 meter.
Dari hasil evaluasi, tanggul dengan metode ban insang tersebut dinilai efektif sehingga metode serupa di terapkan kembali untuk titik-titik rawan abrasi pantai terutama pesisir yang banyak ditempati warga.
Baca juga: Puluhan rumah warga pesisir Ampenan Mataram terkena dampak abrasi
Dikatakan, metode ban insang adalah membuat tanggul menggunakan ban mobil bekas yang dibelah menjadi dua kemudian diikat dan disusun seperti insang ikan.
Dengan teknik ini, ketika terjadi gelombang pasang maka pasir akan mengendap di ban sehingga dalam waktu lama terjadi tumpukan pasir dan akan terlihat seperti daratan dan menjorok ke lautan.
"Tumpukan pasir yang sudah menjadi daratan kita tanami magrove dan waru sebagai bagian mitigasi bencana," katanya.
Baca juga: Tujuh perahu nelayan rusak akibat abrasi di Pantai Ampenan Mataram
Harapannya, melalui metode ban insang ini masyarakat yang berada di sempadan pantai bisa terhindari dari ancaman abrasi pantai yang setiap tahunnya terjadi saat musim angin barat.
Apalagi, warga di Kecamatan Ampenan yang masih tinggal di sempadan pantai terdata sekitar 300 kepala keluarga
"Setelah di Penghulu Agung, pemasangan ban insang kami rencana di kampung nelayan Bintaro," katanya.*