Mataram (ANTARA) -
Generasi baru 

Di sebuah desa lingkar Tambang Martabe, Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara suasana posyandu tampak berbeda dari dulu. Dindingnya bersih, alat timbang bayi menggantung rapi, dan meja pemeriksaan tersusun teratur. Balita-balita menunggu giliran diperiksa, sementara para kader sibuk mencatat perkembangan mereka.

Suasana ini menandai perubahan nyata dalam layanan kesehatan masyarakat Batang Toru. Transformasi semacam ini lahir dari serangkaian inisiatif keberlanjutan yang digerakkan oleh pengelola Tambang Emas Martabe, yang menempatkan pembangunan manusia sebagai bagian penting dari komitmen ESG (Environmental/lingkungan), Social/sosial), dan Governance (tata kelola).

Langkah awal perubahan dimulai dari sektor kesehatan. Melalui program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), puluhan anak di wilayah lingkar tambang mendapatkan pemeriksaan rutin, tambahan gizi, serta edukasi bagi orang tua mengenai pola makan sehat. Dampaknya terlihat nyata: berat badan balita meningkat stabil, pertumbuhan membaik, dan kesadaran keluarga akan pentingnya gizi semakin tinggi.

Layanan kesehatan semakin diperkuat dengan klinik keliling. Mobil pelayanan medis datang secara berkala ke desa-desa yang jauh dari pusat layanan kesehatan. Imunisasi, pemeriksaan umum, hingga penyuluhan keluarga kini hadir lebih dekat dengan masyarakat.

Revitalisasi posyandu di beberapa desa menjadi tonggak penting lainnya. Fasilitas diperbaiki, kader dilatih, dan sistem pencatatan kesehatan diperbarui. Posyandu tidak lagi sekadar tempat menimbang bayi, melainkan pusat informasi kesehatan keluarga. Keberadaan posyandu yang aktif memberi rasa aman baru bagi masyarakat, karena mereka tahu kesehatan anak-anak dan keluarga selalu terpantau.

Dengan pendekatan ini, kesehatan masyarakat Batang Toru tidak lagi menjadi urusan darurat yang harus ditempuh ke kota, melainkan bagian dari layanan sehari-hari yang hadir di dekat rumah.

Baca juga: Martabe: Tambang yang menumbuhkan kehidupan (Bagian 1)

Pendidikan 

Seiring meningkatnya kesehatan, dunia pendidikan juga mengalami perkembangan pesat. Salah satu program yang mencuri perhatian adalah Olympiade Agincourt Resources (OlympiAR). Kompetisi ini melibatkan ratusan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia, yang berlomba dalam bidang geologi, pertambangan, dan teknik. Namun lebih dari sekadar lomba, OlympiAR membuka ruang bagi generasi muda untuk berinteraksi langsung dengan praktik pertambangan berkelanjutan.

Mahasiswa membawa ide-ide segar, perusahaan menyediakan ruang praktik, dan masyarakat menyaksikan bagaimana ilmu yang dipelajari dapat memberi manfaat nyata. Dalam proses ini, muncul kesadaran baru bahwa keberlanjutan membutuhkan kolaborasi lintas generasi.

Selain OlympiAR, program beasiswa dan pelatihan keterampilan juga semakin luas. Anak-anak di desa kini memiliki peluang melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Pemuda mendapat akses pelatihan literasi digital, bahasa asing, hingga kewirausahaan. Guru-guru lokal juga dibekali pelatihan tambahan untuk meningkatkan kualitas pengajaran.

Pendidikan yang lebih terbuka ini menciptakan peluang baru. Anak-anak desa tidak lagi terbatas pada pekerjaan tradisional, tetapi memiliki pilihan masa depan yang lebih beragam. Dengan modal ilmu dan keterampilan, generasi muda Batang Toru semakin siap menghadapi tantangan global.

Baca juga: Martabe: Tambang yang Menumbuhkan Kehidupan (Bagian 3)

Masyarakat berdaya

Peningkatan kualitas hidup tidak berhenti di kesehatan dan pendidikan. Pemberdayaan masyarakat menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan ini. Kelompok perempuan desa, misalnya, dilibatkan dalam pelatihan kuliner, kerajinan tangan, hingga tata rias. Dari pelatihan sederhana, lahir usaha kecil yang memberi tambahan penghasilan keluarga.

Pelatihan bagi pemuda juga diarahkan pada keterampilan praktis, seperti perbengkelan, pertanian modern, dan pemasaran digital. Dengan keterampilan baru, mereka tidak hanya bergantung pada tambang, tetapi juga berani membuka usaha sendiri.

Media capacity building bagi jurnalis lokal menjadi wujud lain pemberdayaan. Wartawan yang sehari-hari meliput aktivitas masyarakat mendapat kesempatan meningkatkan keterampilan menulis dan pemahaman isu lingkungan. Kehadiran media yang lebih kuat ikut memperkaya ekosistem informasi di Batang Toru.

Kesamaan dari seluruh program ini adalah menyiapkan masyarakat untuk lebih mandiri, bahkan setelah tambang berhenti beroperasi. Kesehatan yang terjaga, pendidikan yang memadai, dan keterampilan yang relevan adalah investasi sosial yang manfaatnya akan melampaui usia tambang.


Warisan 

Perubahan yang terjadi di Batangtoru memperlihatkan bahwa pertambangan tidak selalu identik dengan kerusakan. Ketika dikelola dengan komitmen, ia bisa menjadi katalis bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dari posyandu yang aktif, klinik keliling yang hadir di pelosok, OlympiAR yang menumbuhkan semangat belajar, hingga UMKM yang dirintis warga desa--semuanya membentuk sebuah warisan berharga.

Kesehatan, pendidikan, dan keterampilan yang diperoleh masyarakat hari ini akan terus menjadi bekal generasi mendatang. Suatu saat, ketika tambang berhenti beroperasi, warisan ini akan tetap hidup. Anak-anak tumbuh lebih sehat, remaja lebih terdidik, dan masyarakat lebih percaya diri menghadapi masa depan.

Inilah bukti bahwa keberlanjutan bukan sekadar slogan, melainkan aksi nyata. PT Agincourt Resources, melalui berbagai inisiatifnya di Tambang Martabe, telah menunjukkan bahwa membangun manusia sama pentingnya dengan membangun industri. Generasi baru Batang Toru yang sehat, cerdas, dan berdaya adalah emas sejati yang akan bertahan jauh lebih lama daripada hasil tambang itu sendiri.

Baca juga: Jejak harapan di tanah tambang (Bagian 1)
Baca juga: Jejak harapan di tanah tambang (Bagian 2)
Baca juga: Jejak harapan di tanah tambang (Bagian 3)
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB: Tambang dan tanggung jawab sosial berkelanjutan


Pewarta : Abdul Hakim
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2025