Mataram (ANTARA) - Pengamat Ekonomi Universitas Mataram Muhammad Firmansyah mengingatkan Pemerintah Kota Mataram di Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk mewaspadai potensi lonjakan inflasi menjelang akhir tahun 2025.
"Perayaan Natal dan Tahun Baru harus diantisipasi. Pada Oktober, angka inflasi sudah 3,12 persen dan kemungkinan (inflasi) Desember meningkat," ujarnya di Mataram, Senin.
Firmansyah menjelaskan bahwa potensi inflasi tersebut disebabkan peningkatan mobilitas masyarakat selama musim liburan yang diikuti peningkatan kebutuhan barang dan jasa, salah satu sektor yang terdampak adalah transportasi.
Selain itu, tingkat inflasi di Kota Mataram memang relatif lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal ini dikarenakan Kota Mataram sebagai ibu kota provinsi yang merupakan pusat aktivitas utama di Nusa Tenggara Barat.
Baca juga: Mataram duduki inflasi tahunan tertinggi sebesar 3,01 persen
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada Oktober 2025, komoditas penyumbang inflasi di Kota Mataram adalah emas perhiasan dengan andil sebesar 0,18 persen, cabai merah sebanyak 0,07 persen, bawang merah sebesar 0,03 persen, angkutan sebanyak 0,03 persen, dan sigaret kretek tangan hingga 0,02 persen.
Jika inflasi menjadi tidak terkendali, imbuh Firmansyah, maka kenaikan harga berpotensi menekan daya beli masyarakat yang berdampak terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi serta kemiskinan.
"Pemerintah daerah perlu mengecek respon masyarakat terhadap inflasi ini. Jika sudah terlihat gejolak respon negatif, maka tingkat inflasi sudah di luar kewajaran dan perlu ditindaklanjuti," ucapnya.
Baca juga: Inflasi Kota Bima tertinggi di NTB pada April 2025
Lebih lanjut Firmansyah menghimbau agar masyarakat tidak reaktif terhadap inflasi karena sebenarnya kenaikan harga juga memberikan sejumlah dampak positif. Inflasi terkendali mampu memberikan ruang untuk perkembangan usaha dan meningkatkan kesejahteraan produsen.
Menurutnya, tingkat inflasi tahunan di Kota Mataram pada Bulan Oktober 2025 yang berada pada angka 3,12 persen sebetulnya masih termasuk ke dalam batas wajar.
Batas aman inflasi berada pada rentang 3 persen plus minus 1 persen. Firmansyah beranggapan bahwa inflasi tidak apa-apa dibiarkan menembus batas atas di kisaran 4 persen.
“Itu adalah berkah bagi produsen,” tuturnya.
Baca juga: Antisipasi inflasi, TPID gelar operasi pasar keliling di Mataram
Di sisi lain, inflasi juga sebaiknya tidak berada di bawah 2 persen. Harga yang terlalu rendah bisa menimbulkan kerugian bagi para pengusaha serta produsen barang dan jasa.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram tersebut menambahkan laporan statistik tentang inflasi Oktober 2025 perlu menjadi catatan bagi Tim Pengendali Inflasi Daerah untuk menjaga keseimbangan inflasi di Kota Mataram.
Ia mendorong sejumlah upaya pengendalian inflasi agar tetap dilakukan oleh pemerintah seperti observasi pasar, operasi pasar secara selektif, serta memastikan ketersediaan pasokan.
Baca juga: Mataram belajar tanam cabai ke Lombok Timur kendalikan inflasi