Mataram (ANTARA) - Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Mataram mencatat nilai ekspor ikan tuna hasil dari Nusa Tenggara Barat mencapai 84.679 kilogram senilai Rp10,58 miliar pada semester I (Januari-Juni) 2019.
Kepala BKIPM Mataram Suprayogi, melalui Kepala Seksi Tata Pelayanan B, Ni Luh Anggra Lasmika, di Mataram, Jumat menyebutkan nilai ekspor tuna NTB periode Januari-Juni 2019 meningkat 100 persen dibandingkan periode yang sana tahun sebelumnya sebanyak 33.357,48 kilogram atau senilai Rp5,96 miliar.
"Peningkatannya mencapai angka 100 persen. Padahal baru satu semester. Tentu nilai ekspor akan lebih tinggi lagi hingga akhir tahun," kata perempuan yang akrab disapa Luh itu.
Menurut dia, peningkatan nilai ekspor disebabkan adanya peningkatan mutu dan keamanan produk perikanan NTB.
Selain itu, Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang ada di NTB, telah memiliki sertifikat "Hazard Analysis Critical Control Point" (HACCP) yang merupakan syarat mutlak UPI untuk bisa ekspor.
Sebelumnya, kebanyakan ikan tuna yang berasal dari NTB di ekspor melalui wilayah lain, seperti Bali, dan Jawa Timur. "Kami berharap dengan adanya jaminan mutu produk perikanan yang berstandar internasional, ekspor komoditas perikanan NTB terus meningkat dari tahun ke tahun," ujarnya.
Ia mengatakan wilayah daratan NTB memiliki potensi emas. Demikian halnya dengan perairan lautnya memiliki potensi perikanan yang luar biasa, salah satunya adalah ikan tuna.
Potensi perikanan laut yang luar biasa tersebut menarik minat eksportir ikan dari luar NTB untuk mengambil pasokan ikan tuna dari Kabupaten Lombok Timur yang merupakan daerah tangkapan terbanyak.
Sementara ini, ada dua perusahaan pengolah ikan di NTB, yang langsung mengekspor, yakni PT Bali Seafood Internasional (BSI), di Teluk Santong, Kabupaten Sumbawa, dan PT Live Shell Indonesia di Senggigi, Kabupaten Lombok Barat.
Dua perusahaan tersebut melakukan pengolahan dan ekspor ikan laut ke Amerika Serikat, dan Singapura.
"Sebenarnya 13 UPI yang ada di NTB. Dari jumlah tersebut ada 11 yang sebetulnya sudah bisa ekspor langsung karena sudah memiliki sertifikat HACCAP. Tapi hanya 2 UPI yang sudah mengekspor," kata Luh.
Kepala BKIPM Mataram Suprayogi, melalui Kepala Seksi Tata Pelayanan B, Ni Luh Anggra Lasmika, di Mataram, Jumat menyebutkan nilai ekspor tuna NTB periode Januari-Juni 2019 meningkat 100 persen dibandingkan periode yang sana tahun sebelumnya sebanyak 33.357,48 kilogram atau senilai Rp5,96 miliar.
"Peningkatannya mencapai angka 100 persen. Padahal baru satu semester. Tentu nilai ekspor akan lebih tinggi lagi hingga akhir tahun," kata perempuan yang akrab disapa Luh itu.
Menurut dia, peningkatan nilai ekspor disebabkan adanya peningkatan mutu dan keamanan produk perikanan NTB.
Selain itu, Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang ada di NTB, telah memiliki sertifikat "Hazard Analysis Critical Control Point" (HACCP) yang merupakan syarat mutlak UPI untuk bisa ekspor.
Sebelumnya, kebanyakan ikan tuna yang berasal dari NTB di ekspor melalui wilayah lain, seperti Bali, dan Jawa Timur. "Kami berharap dengan adanya jaminan mutu produk perikanan yang berstandar internasional, ekspor komoditas perikanan NTB terus meningkat dari tahun ke tahun," ujarnya.
Ia mengatakan wilayah daratan NTB memiliki potensi emas. Demikian halnya dengan perairan lautnya memiliki potensi perikanan yang luar biasa, salah satunya adalah ikan tuna.
Potensi perikanan laut yang luar biasa tersebut menarik minat eksportir ikan dari luar NTB untuk mengambil pasokan ikan tuna dari Kabupaten Lombok Timur yang merupakan daerah tangkapan terbanyak.
Sementara ini, ada dua perusahaan pengolah ikan di NTB, yang langsung mengekspor, yakni PT Bali Seafood Internasional (BSI), di Teluk Santong, Kabupaten Sumbawa, dan PT Live Shell Indonesia di Senggigi, Kabupaten Lombok Barat.
Dua perusahaan tersebut melakukan pengolahan dan ekspor ikan laut ke Amerika Serikat, dan Singapura.
"Sebenarnya 13 UPI yang ada di NTB. Dari jumlah tersebut ada 11 yang sebetulnya sudah bisa ekspor langsung karena sudah memiliki sertifikat HACCAP. Tapi hanya 2 UPI yang sudah mengekspor," kata Luh.