NTB SEGERA BERANGKATKAN PERAJIN GERABAH KE JEPANG

id

          Mataram, (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat segera memberangkatkan dua orang perajin gerabah dan keitak untuk mengikuti program magang di Jepang, kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) NTB H Hery Erpan Rayes.

         Dikirimkannnya perajin itu, katanya di Mataram (17/10), terkait penerapan program pengembangan komoditas unggulan melalui sistem "One Village One Product" atau satu daerah satu produk.

         "Dua orang perajin gerabah dan keitak itu sudah disiapkan dan pemberangkatannya direncanakan awal Nopember mendatang," katanya menambahkan.

         Ia mengatakan, dua orang perajin komoditas unggulan NTB itu akan didampingi oleh empat orang pejabat teknis terkait agar memudahkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

         Program magang di Jepang bagi perajin gerabah dan keitak itu merupakan bagian dari upaya pengembangan produk-produk unggulan agar dapat berkembang dan masuk ke pasar yang lebih luas.

         "Tentu perajin komoditas unggulan itu akan semakin memahami kebutuhan pasar yang lebih luas, setelah mengikuti program magang di Jepang itu," ujarnya.

         Rayes mengatakan, Pemprov NTB sudah memulai penerapan program pengembangan komoditas unggulan melalui sistem "One Village One Product" (OVOP) yang akan berlangsung secara berkelanjutan.

         NTB merupakan salah satu dari lima daerah di Indonesia yang menjadi sasaran sistem OVOP yang direncanakan sejak tahun 2009. Empat daerah lainnya yakni provinsi di Pulau Jawa, Provinsi Bali, Sumatra Utara dan Sumatra Barat.

         OVOP merupakan salah satu langkah menuju klasterisasi industri di sektor industri kecil menengah (IKM) yang bertujuan mengangkat produk-produk unggulan agar dapat berkembang dan masuk ke pasar yang lebih luas.

         Selain itu, dengan adanya OVOP diharapkan daerah tersebut mampu menyerap tenaga lokal karena IKM padat karya dan pengembangan IKM lebih fokus pada satu produk unggulan di daerah tersebut.

         Produk IKM itu dapat berupa komoditas pangan, hasil-hasil kerajinan dan produk unggulan lainnya yang dianggap mampu menembus pasar internasional.

         "Dengan diterapkannya sistem OVOP diharapkan IKM di NTB dapat menjadi motor perekonomian nasional. Setiap desa hendaknya mempunyai produk yang khas seperti Bayumulek dengan hasil kerajinan gerabahnya, Sumbawa dengan hasil rumput lautnya," ujar Rayes.

         Menurut dia, semenjak diinformasikan bahwa NTB merupakan satu dari lima daerah di Indonesia yang menjadi sasaran program OVOP, pihak-pihak terkait terutama Disperindag mulai melakukan upaya nyata menyambut program tersebut.

         Salah satu upaya nyata yakni proses identifikasi produk unggulan IKM yang menyebar di 7.000 lokasi yang dianggap berpotensi di wilayah NTB.

         Namun, program OVOP di NTB harus diawali dengan pemantapan kompetensi inti kecamatan berdasarkan potensi komoditas unggulan yang dimiliki.

         "Karena itu beberapa desa bertetangga yang memiliki potensi unggulan yang sama dikelompokkan dalam satu kelompok kompetensi inti kecamatan untuk dikembangkan dengan sistem OVOP itu," ujarnya.(*)