Lombok Barat (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono memuji keberhasilan pengembangan kebun pembibitan mangrove yang dikelola oleh Kelompok Masyarakat Pengelola Ekowisata Mangrove Bagek Kembar, Desa Cendi Manik, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Pembibitan mangrove yang dilakukan di sini sangat bagus untuk kemudian bisa kita kembangkan lagi," kata Menteri Trenggono, ketika berkunjung ke pembibitan mangrove Bagek Kembar, Desa Cendi Manik, Sekotong, Lombok Barat, Rabu.
Ia mengaku memberi perhatian khusus terhadap pengembangan pembibitan mangrove Bagek Kembar guna mendukung upaya rehabilitasi kawasan hutan mangrove yang rusak. Sebab, mangrove sangat besar manfaatnya bagi kehidupan yakni mampu menyerap karbon dalam jumlah yang relatif banyak.
"Nanti sebelum Lebaran, kami harus menanam bibit mangrove seluas 56 hektare di Pulau Lombok. Salah satu penyuplai bibit dari pembibitan ini," kata Sakti.
Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Muhammad Yusuf mengatakan pengembangan kebun pembibitan mangrove merupakan amanat Presiden mengingat hutan mangrove banyak yang rusak dan harus dilakukan rehabilitasi.
"Mangrove menyerap karbon empat kali lebih banyak dibandingkan hutan daratan sehingga kita harus bisa mengembalikan ekosistem mangrove yang rusak menjadi pulih kembali," ujarnya.
Khusus pembibitan Bagek Kembar Sekotong, kata dia, pihaknya sudah memberi bantuan sebanyak 500 ribu batang bibit mangrove pada 2020. Rencananya bibit tersebut akan dimanfaatkan untuk memulihkan ekosistem mangrove yang rusak di NTB.
Pembibitan ratusan ribu batang bibit mangrove tersebut sebagai bagian dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), yang dilaksanakan oleh Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP.
"Tahun ini, kami akan mengambil bibit itu dan ditanam lagi di NTB seluas 56 hektare," ucap Yusuf.
Menurut dia, Bagek Kembar adalah satu satu contoh pemberdayaan masyarakat pesisir dengan memanfaatkan potensi ekonomi dari tanaman yang tumbuh di perairan pasang surut tersebut.
KKP melalui Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Wilayah Kerja NTB sudah memberikan pendampingan kepada Kelompok Masyarakat Pengelola Ekowisata Mangrove Bagek Kembar sejak 2016.
Yusuf menambahkan pendampingan yang diberikan tidak saja dari sisi edukasi manfaat mangrove untuk kelestarian lingkungan, tetapi juga dari sisi manfaat ekonomi bagi masyarakat pesisir.
Mangrove tidak hanya bisa dimanfaatkan kayunya saja, tapi ada berbagai produk olahan yang bisa dihasilkan, seperti kopi mangrove, tepung, sirup, kripik dan madu mangrove.
Kawasan hutan mangrove juga bisa menjadi destinasi wisata edukasi dan lokasi penelitian sistem informasi geografis (GIS), serta menjadi tempat pengamatan berbagai jenis burung yang datang dari berbagai negara. Salah satunya di kawasan Ekowisata Mangrove Bagek Kembar.
"Kalau dari aspek KKP, kami akan lebih menyentuh ke ekosistem perairannya, yakni untuk pengembangan kepiting dan kerang kerangan," katanya.