Jakarta (ANTARA) - Delegasi W20 Italia Linda Laura Sabbadini mendorong perempuan untuk bersatu melawan berbagai bentuk diskriminasi, mulai dari warna kulit, kelas sosial, asal teritorial, orientasi seksual, usia, hingga disabilitas.
“Situasi ini harus dihentikan, tetapi untuk melakukannya perlu kekuatan dan tekad kita dalam mencapai tujuan. Kita perlu bersatu dan tidak terpecah oleh banyaknya diskriminasi, bersatu untuk membela hak-hak seluruh perempuan,” kata dia dalam salah satu panel diskusi KTT W20 yang berlangsung secara hibrida dari Danau Toba, Sumatera Utara, Selasa.
Secara khusus, Sabbadini menyoroti isu pekerja yang tidak dibayar (unpaid worker) sebagai salah satu bentuk diskriminasi yang terus membebani perempuan. Menurut dia, unpaid worker adalah ketidakadilan terbesar yang diderita perempuan ketika mereka terpaksa mendapat upah yang tidak semestinya karena harus berbagi peran dalam keluarga.
Baca juga: Kemenpora harap Y20 berikan rekomendasi tingkatkan SDM kaum muda
“Beban pekerjaan dalam keluarga yang terlalu berat seringkali menghalangi perempuan untuk bisa bekerja, dan ketika mereka punya anak, lebih sedikit jam kerja yang bisa mereka lakoni dan lebih sedikit upah yang mereka terima,” kata Sabbadini.
Selain itu, dia juga menyinggung perang di Rusia-Ukraina yang memicu jutaan perempuan dan anak-anak mengungsi dari tempat tinggal mereka. Menegaskan bahwa perang harus berakhir, ia menggarisbawahi hak perempuan dan anak-anak Rusia maupun Ukraina akan masa depan kebebasan demokrasi.
Sayangnya, untuk mewujudkan kebebasan tersebut, perempuan harus bisa mandiri secara ekonomi dengan dukungan pekerjaan yang layak serta bersama-sama memerangi kekerasan terhadap mereka. “Dan untuk melawan stereotip gender yang menempatkan perempuan pada peran yang lebih rendah dalam keluarga dan masyarakat,” kata Sabbadini.
Untuk itu, ia mendorong negara-negara G20 untuk menindaklanjuti peta jalan yang diadopsi ketika Presidensi G20 Italia pada 2021 yang bertujuan mengembangkan kuantitas dan kualitas pekerja perempuan dan berbagi tanggung jawab pekerjaan keluarga, yang merupakan usulan yang perlu mereka pantau dan dukung dari tahun ke tahun. “Ini sangat penting karena perempuan adalah pilar dunia. Mereka menahannya dengan kekuatan mereka di tengah diskriminasi yang mereka derita,” kata Sabbadini.
Baca juga: Kementerian Investasi siap pertemuan kedua TIIWG G20
Perempuan, ia menegaskan, harus bersatu untuk memperjuangkan hak asasi manusia dalam semua konteks kehidupan, terutama untuk melawan kekerasan terhadap perempuan dan membela hak mereka untuk menentukan nasibnya sendiri.