Jakarta (ANTARA) - Institute for Essential Services Reform (IESR) mendesak negara-negara G20 untuk memprioritaskan energi surya guna mencapai tujuan ambisius nol emisi karbon (net zero emission/NZE) sekaligus mempercepat bauran energi terbarukan.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa dalam webinar bertajuk "Shine Bright: Advancing G20 Solar Leadership" yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis, mengungkapkan bahwa G20 memiliki tanggung jawab besar untuk menekan pemanasan global karena G20 berkontribusi hingga 80 persen emisi CO2 dari pemakaian energi.
"Saya mendesak G20 untuk menetapkan tujuan ambisius net zero emission, dan mempercepat penyebaran energi terbarukan dan untuk melakukannya kita harus memprioritaskan energi surya meskipun kita memiliki sumber daya lain juga," katanya.
Fabby mengungkapkan setidaknya ada tiga alasan mengapa energi surya perlu jadi prioritas. Pertama, energi surya merupakan sumber listrik termurah di banyak negara dan salah satu yang paking cepat digunakan. "Energi surya juga sangat cocok untuk memenuhi target jangka pendek dan menengah," katanya.
Alasan kedua, penerapan energi surya yang tidak membutuhkan terobosan teknologi. Ditambah lagi ada peningkatan efisiensi solar PV hingga 25 persen di pasaran saat ini. "Alasan ketiga, solar PV mudah dipasang dan lebih cepat juga cocok di berbagai lokasi dan kondisi," ungkapnya.
Baca juga: Imigrasi manfaatkan kegiatan KTT G20 perkenalkan "second home visa"
Baca juga: Forum Pemred yakin KTT G20 lancar
Fabby menuturkan pengembang pembangkit listrik tenaga surya saat ini hanya membutuhkan koneksi jaringan dan izin untuk menjual listrik. Ia juga menyebut revolusi dalam pengembangan tenaga surya akan mendatangkan investasi baru di bidang manufaktur dan instalasi serta mampu menciptakan lapangan pekerjaan.
Oleh karena itu, pengembangan kerja sama G20 di bidang manufaktur surya dalam hal kerja sama teknologi dan investasi akan mengamankan produksi panel surya, menyeimbangkan sistem untuk memenuhi permintaan masa depan dan mengurangi monopoli produk.
"Jika negara-negara G20 mengadopsi insentif dan kebijakan yang tepat, penyebaran energi terbarukan, dalam hal ini tenaga surya, akan melimpah," imbuh Fabby.