Sharm El Sheikh (ANTARA) - Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) akan meluncurkan rencana untuk membuat sistem pangan dunia lebih berkelanjutan.
Rencana tersebut akan menunjukkan bagaimana industri pangan dan pertanian dapat selaras dengan tujuan dunia untuk membatasi pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius, kata Wakil Direktur FAO Zitouni Ould-Dada.
Ia berbicara di sela-sela konferensi perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa COP27 di Mesir. Rencana tersebut diharapkan akan bekerja dengan cara yang sama di sektor energi oleh Badan Energi Nasional, yang mendorong investasi ke perusahaan, proyek, dan teknologi yang selaras dengan rencana tersebut.
"Ini sangat dibutuhkan karena untuk sektor energi ada peta jalan yang jelas yang benar-benar menarik banyak investor... tetapi untuk pertanian kita tidak memiliki peta seperti itu," kata Ould-Dada.
Lebih dari 40 investor yang mengelola dana 18 triliun dolar AS (sekitar Rp281,54 kuadriliun) mendesak FAO membuat rencana untuk mengekang emisi di sektor tersebut. Sektor itu dianggap sering diabaikan dalam perdebatan tentang pemanasan global padahal merupakan salah satu sumber terbesar emisi yang merusak iklim.
Sementara invasi Rusia ke Ukraina telah mendorong lonjakan harga pangan secara global dan memperparah kerawanan pangan yang disebabkan oleh perubahan iklim, delegasi di konferensi tersebut lebih terbuka untuk membahas masalah itu, kata Ould-Dada. "Belum pernah ada perhatian sebesar ini pada pangan dan pertanian sebelumnya. COP ini pasti salah satunya," tutur dia.
Inisiatif tersebut telah menarik dukungan dari mantan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan mantan kepala badan iklim PBB Christiana Figueres, dan perlahan-lahan mendapatkan perhatian dari beberapa pemerintah negara.
Produksi makanan menyumbang sekitar sepertiga dari emisi gas rumah kaca global dan merupakan ancaman utama bagi 86 persen spesies dunia yang terancam punah, sementara peternakan sapi bertanggung jawab atas tiga perempat hilangnya hutan hujan Amazon.
Investor berharap peta jalan tersebut akan memberikan panduan tentang hal-hal seperti batas emisi metana, dan dukungan untuk memastikan 'Transisi yang Adil' bagi petani, kata Jeremy Coller, ketua Inisiatif FAIRR, penyelenggara kampanye yang dipimpin investor.
Peternakan menyumbang hampir sepertiga dari emisi metana global yang terkait dengan aktivitas manusia, yang dilepaskan dalam bentuk sendawa ternak, pupuk kandang, dan budidaya tanaman pakan.
Baca juga: Harga pangan dunia turun, ekspor biji-bijian Ukraina di mulai
Baca juga: FAO distribusi bantuan untuk petani dan nelayan di Sulawesi Tengah
"Kami menyambut baik komitmen FAO untuk menghasilkan peta jalan pangan dan pertanian yang akan memberikan kejelasan yang sangat dibutuhkan baik bagi perusahaan maupun investor," kata Coller.
Peta jalan itu, katanya menambahkan, akan memungkinkan perusahaan merencanakan transisi dan investor menilai risiko dan peluang investasi.
Sumber: Reuters
Berita Terkait
Moeldoko mengungkap urgensi regenerasi petani di tengah tantangan besar
Rabu, 2 Oktober 2024 18:54
Harga pangan dunia meningkat pada Maret
Sabtu, 6 April 2024 4:31
KSP-FAO menjalankan proyek pelatihan regenerasi petani Indonesia
Senin, 15 Januari 2024 18:18
Indonesia dipercaya sebagai anggota Dewan Organisasi Pangan dan Pertanian
Selasa, 11 Juli 2023 9:06
Pertemuan FAO di Bali sepakati perluasan inspeksi kapal ikan
Sabtu, 13 Mei 2023 16:26
FAO-Kementan meluncurkan Strategi Nasional E-Agriculture
Selasa, 28 Februari 2023 19:01
Proyek kerja sama FAO dan KKP jadi sorotan lokakarya GEF
Rabu, 11 Januari 2023 5:21
Harga pangan dunia turun, ekspor biji-bijian Ukraina di mulai
Sabtu, 6 Agustus 2022 8:24