Jakarta (ANTARA) - Kantor Staf Presiden bekerja sama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB menjalankan proyek pelatihan regenerasi petani Indonesia guna mendukung penguatan ketahanan pangan nasional.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Jakarta Senin mengatakan, guna menjalankan proyek percontohan di Cibubur Jawa Barat dan Lampung, FAO memberi bantuan Technical Corporation Program (TCP) senilai 466 ribu dolar AS (setara Rp7,2 miliar) kepada Indonesia.
Menurut Moeldoko, regenerasi petani menjadi perhatian tidak hanya di Indonesia tetapi juga di berbagai negara, mengingat kondisi pertanian yang terus menurun sementara jumlah penduduk global semakin meningkat.
“Karena itu melalui proyek percontohan yang akan diimplementasikan di Buperta Cibubur dan Lampung, kita ingin menunjukkan kepada anak muda bagaimana cara bertani model baru menggunakan metodesmart farming. Jadi anak muda tidak hanya berpandangan bahwa bertani itu berlumpur-lumpur, tetapi kita justru bisa berikan pemahaman bertani dalam arti lebih luas mulai dari riset, budidaya pascapanen, sampai rantai pasok dapat terpenuhi,” kata Moeldoko.
Dengan dukungan rencana aksi dari Badan Pangan Nasional, Kwarnas Pramuka, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, serta Badan Riset dan Inovasi Nasional, program pelatihan regenerasi petani ini ditargetkan diikuti oleh 150 ribu pemuda Indonesia.
“Supaya pemuda tidak hanya terbatas pada proses produksi, tetapi bekerja pada seluruh rantai pasar. Nanti dalam pelaksanaannya kita akan membangun training center di bumi perkemahan untuk kelompok Pramuka penegak dan pandega, kemudian mereka akan menerapkan proses innovative farming system berdasarkan ketertarikan mereka untuk memperoleh pendapatan -dari pasar- dan bagaimana teknologi yang lebih inovatif untuk menerapkan kreativitas mereka,” kata Asisten Perwakilan FAO di Indonesia Ageng S. Herianto.
Berdasarkan data FAO, hampir 80 persen petani di Indonesia berusia 40 tahun ke atas, yang dipicu meningkatnya tren urbanisasi dan migrasi para generasi muda perdesaan untuk mengejar pendidikan dan pekerjaan di kota.
Seperti banyak negara di Asia dan Pasifik, tren ini menimbulkan risiko terhadap ketahanan pangan di masa depan yang memerlukan peningkatan peran pemuda dalam mengatasi tantangan perubahan iklim, ketahanan terhadap bencana, dan degradasi lingkungan.
“Jadi ini lah saatnya kita benar-benar perlu melihat bagaimana kita dapat menjadikan pertanian lebih menarik bagi generasi muda sehingga mereka kembali bertani dan berproduksi,” kata Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal.
Baca juga: Pemerintah cepat tangani korban kejahatan siber TPPO
Baca juga: Inflasi terkendali pacu pertumbuhan ekonomi 5,44 persen
Dalam hal ini, dia berharap Indonesia dapat menunjukkan praktik terbaik dalam dalam transformasi sektor pangan dan pertanian, kepada negara-negara lain di dunia.
“Indonesia mempunyai potensi untuk memimpin dan menunjukkan praktik terbaiknya dalam transformasi sistem pangan ke seluruh dunia,” katanya.