Banda Aceh (ANTARA) - Ketua Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL) Pusat Jendral (purn) TNI Agum Gumelar menyatakan bahwa setiap kader atau alumni Lemhanas harus memiliki dua jati diri, dan salah satunya adalah berwatak pejuang.
"Dua jati diri IKAl yang saya sangat kedepankan, pertama berwatak pejuang, dan yang kedua adalah berwawasan negarawan," kata Jenderal (purn) TNI Agum Gumelar, di Banda Aceh, Selasa (22/11) malam.
Hal itu disampaikan Jenderal (purn) TNI Agum Gumelar dalam sambutannya pada prosesi pelantikan pengurus DPD IKAL Aceh periode 2022-2027 di Anjong Mon Mata Meuligoe Gubernur Aceh, di Banda Aceh.
Agum mengatakan, Lemhannas merupakan tempat berkumpulnya para pemikir-pemikir handal yang memiliki potensi besar untuk turut serta dalam proses pembangunan bangsa Indonesia Karena itu, perlu mengedepankan jati diri berwatak pejuang, dalam artian tidak boleh apatis terhadap perkembangan situasi dan kondisi bangsa, melainkan harus memiliki rasa kepedulian.
Kemudian, menurut Agum, jati diri yang kedua adalah berwawasan negarawan, dalam artian apapun yang dipikirkan, diperbuat dan dilakukan semuanya harus berorientasi pada kepentingan bangsa dan negara, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau golongan.
"Semuanya diprioritaskan untuk kepentingan bangsa dan negara. Dengan jati diri tadi kami terus berusaha untuk mengimplementasikan peran kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ujarnya.
Agum menegaskan, terdapat satu peran yang dilandasi pada sebuah keyakinan, yaitu yakin bahwa di negeri tercinta ini tidak akan pernah ada seorang presiden atau pemimpin yang menginginkan rakyatnya sengsara.
Melainkan hanya ada sebuah seni, di mana seorang presiden harus mengenali dengan benar permasalahan yang dihadapi oleh rakyatnya. Serta seni mencari solusi yang paling tepat dan bijak guna mengatasi masalah. Dalam membantu pemerintah, kata Agum, pihaknya juga melakukan kajian terhadap permasalahan yang muncul, dan hasil buah pemikiran mereka kemudian disampaikan kepada pemimpin, baik itu Presiden, DPR dan MPR RI.
"Itu lah yang kita lakukan, kalau hasil kajian kita dalam bentuk saran dan masukan itu diterima dan dipedomani para pemimpin kita bersyukur, tetapi kalau tidak diterima atau tidak digubris, kita tidak boleh marah," katanya.
Baca juga: Presiden Jokowi: Jangan hanya jadi jadi tukang gali dan tangkap ikan
Baca juga: Lemhanas kaji peran medsos membangun wawasan kebangsaan
Hal yang sama, lanjut Agum, juga ada di tingkatan pemerintah provinsi, bahwa tidak ada seorangpun Gubernur yang ingin rakyatnya sengsara. Menurut dia, sekarang Pj Gubernur Aceh adalah Mayjen (Purn) TNI Achmad Marzuki, tidak mungkin dia ingin rakyat di Aceh sengsara, melainkan hanya seni untuk mengenali dengan benar permasalahan yang dihadapi rakyat Aceh, dan seni mencari solusi tepat paling serta untuk mengatasi masalah.
Agum berpesan, DPD IKAL Aceh harus bisa berperan, mengkaji setiap permasalahan yang muncul untuk disampaikan kepada Gubernur, tentunya dengan cara yang baik, santun ikut norma, aturan elegan tidak dengan cara turun ke jalan memaki-maki. "Sehingga terjadi kemitraan antara pemerintah provinsi dengan kita, dan di sinilah kita harus berbuat," kata Agum Gumelar.