Mataram, 28/5 (Antara) - Komisi Pemilihan Umum Nusa Tenggara Barat melaksanakan program masuk kampus atau "goes to campus" untuk menyosialisasikan Pemilu Legislatif 2014 dalam upaya mengurangi angka golput (golongan putih) atau masyarakat yang tidak memberikan hak suaranya.
"Kami melaksanakan program `goes to campus` dalam upaya mengurangi angka golput yang masih cukup tinggi di NTB," kata Ketua Divisi Sosialisasi, Informasi, Pendidikan Pemilih, Pengembangan Sumber Daya Manusia KPU NTB Darmansyah di Mataram, Selasa.
Ia mengatakan, sosialisasi melalui program masuk kampus itu diharapkan berdampak terhadap para mahasiswa untuk memberikan hak pilihnya pada Pemilu Legislatif 2014
Selain itu, katanya, pihaknya juga melakukan sosialisasi melalui khutbah Jumat bekerja sama dengan Kanwil kementerian Agama NTB dengan melibatkan 500 khatib di sejumlah masjid.
"Kita menyebarkan khutbah Jumat yang telah diisi dengan materi sosialisasi mengenai pentingnya memberikan hak suara bagi seluruh masyarakat pada Pemilu," katanya.
Untuk meningkatkan partisipasi pemilih pada Pemilu 2014 KPU NTB juga menggandeng organisasi sosial keagamaan seperti NU, Muhammadiyah dan organisasi kemasyarakatan lainnya untuk menyosialisasikan Pemilu.
Di samping itu, katanya, pihaknya juga menjalin kerja sama dengan media massa baik cetak, elektronik termasuk media online dalam melakukan sosialisasi. Peran media dalam menyosialisasikan Pemilu semakin masif.
KPU NTB juga memanfaatkan Panitia Pemungutan Suara (PPS) sebagai basis pemutakhiran data, tidak lagi seperti pada Pemilu sebelumnya, desa menjadi basis pemutakhiran data.
"Ini akan jauh lebih efektif dalam pemutakhiran data, karena jangkauannya lebih sempit dibanding kalau basisnya di desa, sehingga reratif lebih banyak pemilih yang terjaring. Ini juga sekaligus sebagai upaya sosialisasi," ujarnya.
Menurut Darmansyah, tingkat partisipasi masyarakat pada Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur NTB 13 Mei 2013 sebesar 70,46 persen. Ini berarti angka golput di daerah ini mencapai 20,64 persen dari total daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 3.478.481 orang.
"Kalau kita mencoba mengidentifikasi dari total DPT dan pemilih di TPS, sebagian terbesar karena ada pemilih yang terdaftar dalam DPT yang tidak ikut memilih atau golput pada pemungutan suara," katanya.
Menurut dia, alasan mereka yang tidak ikut memilih itu, karena bekerja di luar daerah, seperti menjadi tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Selain itu ada juga mahasiswa yang terdaftar di DPT di Pulau Sumbawa, sementara yang bersangkutan sedang kuliah di Kota Mataram.
"Selain goplut karena alasan teknis, ada juga yang memang karena alasan ideologis. Khusus di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur yang memberikan sumbangan terbesar terhadap angka golput karena berada di luar daerah, antara lain menjadi TKI di luar negeri," katanya. (*)