Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Suharyanto mengimbau pemerintah daerah agar sigap turun ke lapangan dalam setiap kejadian bencana dan fokus akan ketersediaan logistik serta dana operasional yang memadai. "Kebutuhan logistik dasar masyarakat terdampak harus menjadi fokus perhatian saat terjadi bencana," ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.
Suharyanto menuturkan kebutuhan logistik dasar penyintas yang tertimpa bencana bisa dipenuhi menggunakan dana belanja tidak terduga atau sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain mengingatkan tentang kebutuhan logistik, ia juga mengimbau pemerintah daerah untuk tidak ragu dalam menentukan status siaga maupun tanggap darurat.
Pada 17 Februari 2023, Suharyanto mengunjungi wilayah terdampak banjir di Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Ia mendatangi salah satu titik pengungsian warga terdampak banjir di Kantor Kelurahan Gandekan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, dan pengungsian di Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
Dalam giat kunjungan itu, Suharyanto menyalurkan bantuan logistik untuk warga terdampak banjir akibat meluapnya sungai di wilayah tersebut, yang terjadi pada 16 Februari lalu. Bantuan logistik tersebut berupa selimut 2.500 lembar, matras 2.500 lembar, 2.000 paket sembako, 1.000 paket kit higienis, 1.000 alat kebersihan, 200 tenda keluarga, lima tenda ukuran 6x12 meter, dan dua perahu polietilen.
Baca juga: Sebanyak 77 jiwa dievakuasi akibat erupsi Gunung Karangetang
Baca juga: BNPB serahkan bantuan Rp1 miliar penanganan gempa Jayapura
Selain itu, ada bantuan yang secara simbolis diberikan kepada Pemerintah Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo masing-masing berupa dana siap pakai senilai Rp500 juta. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukoharjo, sekitar 4.000 orang mengungsi akibat luapan Sungai Bengawan Solo. Titik dengan genangan air paling tinggi mencapai dua meter.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo melaporkan ada sekitar 10.000 orang terdampak banjir dengan ketinggian air paling tinggi 1,5 meter. Banjir Solo terjadi akibat kiriman air dari Boyolali yang berdampak pada meluapnya Sungai Premulung di Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan.