BKKBN tekankan pengantin harus sehat agar bayi tak stunting

id stunting,bkkbn,protein hewani,angka kematian ibu indonesia

BKKBN tekankan pengantin harus sehat agar bayi tak stunting

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo. (ANTARA/HO-BKKBN)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menekankan bahwa setiap calon pengantin harus menjaga kondisi kesehatannya agar bayi yang nantinya dikandung tidak terlahir dalam keadaan stunting.
 

“Yang mau menikah harus sehat, yang mau hamil dan melahirkan harus sehat. Mau menikah syaratnya lingkar lengan atas minimal 23,5 centimeter, kadar hemoglobin (Hb) 12 ke atas. Jika kurang berarti anemia. Jika setelah diperiksa syarat itu kurang, maka boleh nikah, tapi jangan hamil dulu. Jika hamil anaknya berpotensi stunting,” kata Hasto dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu.

Hasto menuturkan calon pengantin perlu mengetahui penyebab-penyebab anak lahir dalam keadaan stunting. Salah satunya adalah calon ibu terkena anemia dan kekurangan asupan gizi utamanya protein hewani.

Kemudian, anak juga dapat menjadi stunting bila sejak kecil tidak diberikan haknya untuk mengikuti imunisasi wajib. Lingkungan yang tidak bersih akan memperlebar potensi tersebut karena anak bisa mudah terkena diare. Sementara penyebab lainnya adalah anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. “Jika anak sering diare, berat badan tidak naik, tiga bulan berat tidak naik, tinggi badan tidak bertambah. Anak terindikasi stunting,” katanya yang juga Dokter Kandungan itu.

Dengan demikian terkait menjaga ibu agar memiliki kehamilan yang sehat, pencegahan stunting bisa dilakukan dengan cara yang murah, yakni dengan mengkonsumsi lele yang mudah didapat dan bergizi. Lele dipastikan mengandung DHA dan Omega3 yang mencerdaskan otak bayi. Selain lele, ikan asin atau gereh juga baik untuk dikonsumsi karena mengandung kalsium yang diperlukan ibu hamil. Hasto juga menyampaikan keluarga bisa memakan daun kelor.

“Daun kelor itu sangat baik karena mengandung protein-protein yang menyerupai protein hewani. Cara memasaknya dengan membuang batangnya, hanya daunnya saja yang diolah. Daun kelor dibandingkan tomat dan wortel lebih tinggi kandungan kalsiumnya,” katanya.

Baca juga: Program to fight stunting must become national movement
Baca juga: BKKBN dorong gotong royong lintas sektor atasi stunting

Sementara itu, Walikota Semarang Hevearita Rahayu mencontohkan bila daerahnya sudah memiliki Kebun Gizi dan Rumah Pelangi Nusantara untuk penanganan stunting. “Dengan support Kepala BKKBN, Menteri PPPA meresmikan Rumah Pelita untuk anak-anak stunting dan baduta. Di Kelurahan Podorejo, Kecamatan Gunungpati telah diresmikan rumah Pelita kedua dan lokasi-lokasi selanjutnya akan menyusul,” ujarnya.

Sebab di Kecamatan Gajahmungkur awalnya terdapat 60 kasus anak stunting, namun saat ini turun menjadi 40 kasus. Dengan demikian, penanganan stunting harus dilakukan dari hulu ke hilir, bukan dimulai sejak bayi lahir.

Ia turut menekankan jika Dinas Kesehatan akan melakukan pemberian gizi kepada anak-anak SMP, sebagai wujud upaya pencegahan stunting yang dimulai sedini mungkin. “Semoga angka stunting turun menjadi nol persen dengan inovasi terbaru,” katanya.