"Asma tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikontrol dengan perawatan yang baik dan benar," kata Wiwien pada acara diskusi mengenai perawatan asma dalam memperingati Hari Asma Sedunia yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Wiwien mengatakan pengidap asma harus menyadari sedari dini bahwa asma tidak dapat disembuhkan, namun bukan berarti pengidap asma boleh pesimis akan kondisinya.
Pengidap asma harus tetap optimis akan kesembuhannya karena target dari pengobatan penyakit asma adalah bagaimana asma bisa dikontrol.
"Karena kalau asma bisa terkontrol, sama saja dia tidak mengidap asma. Ada parameternya untuk menentukan dalam empat minggu," kata dokter yang praktik di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta itu.
Dokter yang mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu mengatakan kondisi pertama adalah tidak ada lagi gejala asma pada siang hari, kalaupun ada maksimal hanya terjadi dua kali seminggu.
Kedua, pengidap asma tidak memakai obat semprot untuk menangani gejalanya ketika mendapat serangan, kalaupun ada maksimal hanya terjadi dua kali seminggu.
Ketiga, tidak pernah terbangun dari tidur malam karena batuk, sesak napas, atau apapun yang menjadi gejala serangan asma.
"Dan terakhir, tidak ada gangguan aktivitas apapun dalam kurun waktu ini. Inilah yang harus dicapai pengidap asma sehingga tidak terganggu sama sekali dengan penyakitnya," jelasnya.
Dokter yang juga praktik di RS. St. Carolus, Jakarta ini mengatakan program pengobatan asma adalah jangka panjang, termasuk edukasi mengenali kapan serangan asma dapat terjadi pada pengidapnya.
Selain itu, pengidap juga harus mengetahui apa yang harus dilakukan ketika serangan asma terjadi dan mengenali faktor pemicunya dapat mencegah terjadinya serangan asma.
Baca juga: Keterbatan jumlah dokter bisa jadi pemicu konflik dengan pasien
Baca juga: Dokter sarankan cek kesehatan dari daerah endemis malaria
"Misalnya hewan piaraan menjadi pemicu, maka mestinya dengan legawa dia harus menghindari binatang itu karena jika tidak penyakitnya akan datang terus," ungkapnya.
"Misalnya hewan piaraan menjadi pemicu, maka mestinya dengan legawa dia harus menghindari binatang itu karena jika tidak penyakitnya akan datang terus," ungkapnya.