Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meminta pemerintah memperketat seleksi masuk pegawai BUMN setelah penangkapan tersangka dugaan tindak pidana terorisme yang merupakan pegawai PT Kereta Api Indonesia di Bekasi, Jawa Barat, Senin (14/8).
"Meminta pemerintah melakukan langkah preventif guna mencegah meluasnya aksi terorisme dan radikalisme, termasuk di lingkungan pemerintahan, di antaranya dengan memperketat seleksi masuk pegawai," ujar Bamsoet, sapaan karib Bambang Soesatyo dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa.
Tidak hanya itu, langkah preventif lainnya yang dapat dilakukan adalah mengagendakan program anti teroris secara berkala, mengedukasi agar masyarakat tidak terpengaruh aksi dan pemikiran terorisme maupun radikalisme, serta mendukung berbagai upaya dalam memberantas praktik terorisme.
Adapun karyawan KAI itu juga memiliki beberapa senjata api dan bendera yang terafiliasi Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Untuk itu, Bamsoet meminta BUMN di bidang transportasi perkeretaapian segera memberikan sikap tegas kepada karyawan tersebut apabila benar terbukti sebagai seorang teroris.
"Meminta agar BUMN terkait, juga memastikan proses pemeriksaan dan hukum berjalan lancar agar dapat ditentukan tindak lanjut ke depannya," katanya.
Ia meminta BUMN terkait untuk memastikan terduga teroris tersebut tidak menyebarkan pemikiran maupun aksi terorisme-nya di lingkungan tempatnya bekerja. Bamsoet juga meminta Kementerian BUMN untuk dapat menyeleksi pegawai yang bekerja di BUMN agar bebas dari teroris.
"Meminta seluruh pimpinan Kementerian/Lembaga (K/L) agar mengingatkan seluruh jajaran mengenai integritas, nasionalisme, nilai Pancasila, dan cinta tanah air, serta melakukan peningkatan pengawasan terhadap para pegawai agar tidak masuk dalam jerat teroris," tegas Bamsoet.
Kemudian, dia juga meminta kepolisian memroses hal tersebut secara hukum, mulai langkah investigasi, penyelidikan, penyidikan, hingga penindakan, serta mengusut tuntas hingga ke akar maupun jaringan lainnya agar aksi terorisme tidak terus meluas.
Sementara itu, pada Selasa (15/8), Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo menanggapi dengan positif apa yang dilakukan Densus 88 Antiteror yang menangkap oknum pegawainya inisial DE yang merupakan juru lansir, terkait keterlibatan terorisme. "PT KAI mendukung kepolisian maupun aturan-aturan atau proses hukum. Kami juga akan selalu berkoordinasi dengan kepolisian," ujar Didiek kepada wartawan di Banyuwangi, Jawa Timur.
Menurut Didiek, oknum pegawai KAI yang diduga terlibat jaringan terorisme dan ditangkap Densus 88 Antiteror itu merupakan juru lansir di Stasiun Jakarta Kota. "Kami juga sudah tegaskan dan menginstruksikan kepada masing-masing pimpinan unit harus mengetahui bawahannya langsung," ucap dia.
Didiek menambahkan, di internal PT KAI sejak 2018 juga sudah bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan memperpanjang perjanjian kerja sama pada September 2021 tentang sinergitas pencegahan paham radikal terorisme.
Baca juga: Densus 88 sebut teroris S kumpulkan dana aksi
Baca juga: Waspadai potensi gerakan radikal tumbuh subur jelang pemilu
Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap terduga teroris karyawan PT KAI di Kota Bekasi, Jawa Barat. Juru bicara Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri Kombes Pol. Aswin Siregar membenarkan bahwa DE, tersangka dugaan tindak pidana teroris yang ditangkap di Bekasi Utara merupakan pegawai BUMN di PT KAI. DE ditangkap penyidik Densus 88 Antiteror Polri pada pukul 12.17 WIB di Bulak Sentul, Harapan Jaya, Bekasi Utara.