Konser Hindia "Malaikat Berputar Di Langit Jakarta"

id Hindia,Baskara Putra,Konser Tunggal,Malaikat Berputar Di Langit Jakarta,Blue Valley

Konser Hindia "Malaikat Berputar Di Langit Jakarta"

Musisi Hindia atau Baskara Putra saat tampil dalam konser tunggalnya bertajuk "Malaikat Berputar Di Langit Jakarta" di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (30/9/2023). (ANTARA/Vinny Shoffa Salma)

Jakarta (ANTARA) - Musisi Baskara Putra atau Hindia kembali menghadirkan konser tunggal spesial di Jakarta bertajuk “Malaikat Berputar Di Langit Jakarta” dengan sejumlah hal unik, mulai dari konsep tak biasa hingga kolaborasi dengan sejumlah musisi Indonesia.

Saat ditemui dalam gelaran konferensi pers sebelum konser dimulai, Sabtu (30/9) di Jakarta, Hindia mengatakan konsep eklektik untuk konser tunggalnya di Jakarta adalah analog horor.

Istilah tersebut merujuk pada genre horor yang menghadirkan pengalaman seram melalui penggunaan teknologi analog atau era klasik dalam cerita dan pengalaman yang disajikan.

“Konsep atau materi fiksi yang paling sering saya konsumsi di internet itu namanya analog horor. Jadi, kayak horor di YouTube atau komik yang tidak menjelaskan, ‘kenapa begini?’ Atau ‘kenapa begitu?’” kata Hindia.

Instalasi seni dan pertunjukan teatrikal

Dalam konser tunggalnya di Jakarta, Hindia menampilkan sejumlah instalasi seni beserta pertunjukan teatrikal bertema horor dan abstrak yang merepresentasikan berbagai hal. Mulai dari instalasi seni yang menampilkan kecemasan, ketakutan, kesedihan, dan lainnya.

Sebelum memasuki area konser, penonton akan disambut dengan aksi teatrikal berupa pengurusan jenazah dalam syariat Islam dengan menyertakan ikon-ikon tertentu di area tunggu (holding area).

Di sisi kiri dari aksi teatrikal tersebut terdapat sejumlah nisan dan peti mati berisikan “Buanglah mimpi yang gagal kamu nikmatin di sini!” dan penonton diperbolehkan untuk menuliskan kegagalan mimpi versi mereka.

Aksi teatrikal sebelum acara dimulai dalam konser tunggal Hindia bertajuk "Malaikat Berputar Di Langit Jakarta" di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (30/9/2023). (ANTARA/Vinny Shoffa Salma)

Selain itu, penonton juga disuguhkan dengan pertunjukan teatrikal menarik serta instalasi seni lainnya yang bertema analog horor versi Hindia. Hindia pun berhasil menampilkan kejutan menarik untuk penonton saat memainkan musiknya di atas panggung malam tadi dengan menampilkan aksi teatrikal jatuhnya malaikat ke bumi, monolog, dan lainnya.

Aturan berpakaian untuk penonton

Selain konsep acara yang terbilang “Out of The Box”, Hindia juga menyertakan aturan berpakaian khusus untuk penonton yang hadir dalam konser “Malaikat Berputar Di Langit Jakarta”. Penonton telah diberi tiga pilihan warna baju sesuai dengan tes spektrum kepribadian yang dapat dicek melalui laman situs resmi mereka.

Ketiga warna yang dapat digunakan oleh penonton, yakni hitam, putih, dan merah. Tidak hanya itu, penonton juga diwajibkan untuk membawa kain penutup mata berwarna putih atau hitam sebagai salah satu tambahan untuk pertunjukannya itu.

Meskipun terasa aneh, peraturan tersebut dilakukan untuk memperkuat konsep horor dan abstrak yang dibawa oleh Hindia. Kain penutup mata yang sebelumnya diminta untuk dibawa oleh pihaknya berguna untuk menutup mata saat Hindia membawakan lagu bertajuk “Matahari Tenggelam”.

Saat menyanyikan lagu tersebut, Hindia mengajak seluruh penonton, tanpa terkecuali dirinya dan band pengiring dirinya untuk mengenakan kain penutup mata. Tidak ada penjelasan pasti mengenai alasan menutup mata itu, tetapi sebuah tulisan peringatan muncul di layar konser sebagai ajakan untuk penonton menutup mata mereka secara serentak. “Peringatan darurat kehadiran bayangan. Penonton dimohon untuk mengenakan penutup mata yang sudah dibawa masing-masing,” tulis pengumuman tersebut.

“Blue Valley”, arti dunia bagi Hindia

Menariknya, Hindia menyebut “dunia” tempat dirinya mengadakan konser tunggal di Jakarta ini sebagai “Blue Valley”, yakni dunia fiksi ketika dirinya dapat membuat peraturan sendiri, apapun itu bentuknya. “‘Blue Valley’ artinya perasaan yang kita rasakan di saat kita takut sesuatu itu akan terjadi, tetapi kita lega karena itu akan jadi yang terakhir,” kata Hindia.

Di “Blue Valley”, Hindia membuat ragam peraturan unik yang menggambarkan semua perasaan ada di sana. Mulai dari penonton memasuki area tunggu hingga area konser, Hindia ingin mengajak penonton merasakan dunia fiksi miliknya di “Blue Valley”.

Kolaborasi bersama musisi Indonesia

Tidak hanya konsep dan dunia fiksinya, Hindia membuat kejutan spesial dengan berkolaborasi bersama sejumlah musisi Indonesia, antara lain grup musik Lomba Sihir, solois Idgitaf, Kamga, Teddy Adhitya, dan lainnya.

Di beberapa segmen konsernya, Hindia mengundang satu per satu rekan musisinya ke atas panggung untuk menyanyikan lagu-lagu miliknya. Salah satunya lagu “Masalah Masa Depan” dan “Dehidrasi” bersama Lomba Sihir.

Hindia pun menyanyikan lagu-lagu andalannya bersama Teddy Adhitya di lagu “Jangan Jadi Pahlawan” dan “Kita Ke Sana”. Di akhir kolaborasi ini, ia dan rekan-rekan musisinya menyanyikan lagu “Cincin” di atas panggung sebelum lagu penutup konser tunggal tersebut dinyanyikan.

Baca juga: Membumikan KTT ASEAN ke anak muda lewat pergelaran musik
Baca juga: Konser stadion DEWA 19 sukses boyong deret vokalis

Secara keseluruhan, Hindia dan tim berhasil membuat penonton terhibur dengan aksi panggung memukau dari mereka. Konser “Malaikat Berputar Di Jakarta” telah menjadi tempat perhentian terakhirnya untuk mempromosikan album terbarunya bertajuk “Lagipula Hidup Akan Berakhir”.