Jakarta (ANTARA) - Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil dalam menghadapi era suku bunga global tinggi untuk waktu yang lebih lama.
"Sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai dan profil risiko yang terjaga," kata Ketua Dewan Komisioner (DK) OJK Mahendra Siregar dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK Bulan September 2023 secara daring di Jakarta, Senin.
Mahendra menuturkan terjaganya stabilitas sektor jasa keuangan meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan nasional mampu memitigasi risiko suku bunga global yang tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Di sisi lain, ia mengatakan divergensi kinerja perekonomian global masih terus berlanjut. Di Amerika Serikat, tingkat inflasi yang masih tinggi di tengah masih solidnya kinerja perekonomian mendorong kebijakan bank sentral The Fed yang diprediksi akan lebih hawkish.
Sedangkan di Eropa, kinerja perekonomian terus lemah dan tingkat inflasi masih tinggi, sehingga otoritas moneter Eropa kembali menaikkan suku bunganya, namun juga mengisyaratkan tingkat suku bunga saat ini telah mencapai puncaknya.
Sementara itu di China, pemulihan ekonomi yang belum sesuai ekspektasi dan kinerja ekonomi yang masih di level pandemi meningkatkan kekhawatiran bagi pemulihan perekonomian global. Insentif fiskal dan moneter yang dikeluarkan otoritas China masih terbatas.
Perkembangan-perkembangan itu mendorong berlanjutnya kenaikan yield surat utang di Amerika Serikat dan penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap semua mata uang dunia utama lainnya dan negara-negara berkembang. Hal tersebut menyebabkan tekanan outflow dari pasar emerging market termasuk Indonesia. Volatilitas di pasar keuangan baik di pasar saham obligasi dan nilai tukar juga dalam tren yang meningkat.
Di perekonomian domestik tingkat inflasi meningkat 3,27 persen year on year sejalan dengan ekspektasi pasar sebesar 3,3 persen, didorong oleh kenaikan harga sebagian besar kelompok pengeluaran terutama kategori makanan, minuman dan tembakau.
"Tren pergerakan inflasi inti masih melambat, menurun menjadi 2,18 persen year on year, yang tercermin juga dari rendahnya penjualan retail," ujarnya.
Namun demikian, kinerja sektor korporasi relatif masih baik terlihat dari PMI Manufaktur yang terus berada di zona ekspansif dan neraca perdagangan yang masih mencatatkan surplus. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2023 mengalami surplus sebesar 3,12 miliar dolar AS.
"Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 40 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam acara Rilis Berita Statistik di Jakarta, Jumat (15/9).
Amalia menjelaskan nilai surplus Agustus 2023 kembali meningkat dan lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 1,31 miliar dolar AS, namun lebih rendah dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.
Baca juga: OJK bersama DPR sosialisasikan bahaya pinjol ilegal
Baca juga: OJK perintahkan bank blokir rekening terlibat judi online
Surplus neraca perdagangan pada Agustus 2023 lebih ditopang pada surplus nonmigas yang tercatat sebesar 4,47 miliar dolar AS dan komoditas penyumbang surplus utamanya adalah lemak dan minyak hewani nabati, bahan bakar mineral serta besi dan baja.
Berita Terkait
OJK - Kemenlu kerja sama penguatan sektor jasa keuangan
Rabu, 5 Juni 2024 7:06
Penyidik OJK rampungkan 119 perkara hingga April 2024
Selasa, 14 Mei 2024 6:07
OJK perkuat fungsi GRC di sektor jasa keuangan
Selasa, 14 Mei 2024 5:38
OJK evaluasi inovasi model bisnis
Rabu, 3 April 2024 6:24
Sektor perbankan Indonesia solid hadapi tekanan global
Kamis, 7 Maret 2024 18:23
Pemilu 2024 tak ganggu kinerja industri jasa keuangan Indonesia
Selasa, 20 Februari 2024 16:57
OJK komitmen perkuat layanan konsumen sektor jasa keuangan
Jumat, 6 Januari 2023 21:34
OJK minta sektor jasa keuangan proaktif hadapi krisis
Rabu, 23 November 2022 17:18