Tak semua pengidap kanker payudara perlu mastektomi

id kanker payudara,bulan peduli kanker payudara,mastektomi,pengobatan kanker

Tak semua pengidap kanker payudara perlu mastektomi

Dokter spesialis bedah konsultan onkologi RSUP Fatmawati dr. Yadi Permana, SpB(K)Onk menyampaikan paparannya dalam agenda Breast Cancer Awareness Month 2023 Kalbe Farma di Jakarta, Sabtu (28/10/2023). ANTARA/Nabil Ihsan.

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis bedah konsultan onkologi RSUP Fatmawati dr. Yadi Permana, SpB(K)Onk mengatakan bahwa tidak semua pengidap kanker payudara memerlukan operasi mastektomi (pengangkatan payudara), khususnya jika kanker didiagnosis pada stadium awal.
 

"Kalau kita temukan kanker payudara dalam stadium awal, bentuk payudaranya bisa dipertahankan," ujar Yadi usai agenda Breast Cancer Awareness Month 2023 Kalbe Farma di Jakarta, Sabtu.

Selain tidak memerlukan pengangkatan payudara, menurut dia, dalam beberapa kasus, kemoterapi pun tidak diperlukan bagi perempuan dengan kanker payudara stadium awal. Namun, pemeriksaan medis perlu ditempuh perempuan yang mendapati kejanggalan pada payudaranya, seperti apabila muncul benjolan, karena tidak semua benjolan adalah tumor atau kanker.

Apabila pemeriksaan medis mendapati benjolan di payudara adalah tumor jinak, operasi yang dilakukan cukup pada pengangkatan tumor, dan payudaranya dapat dipertahankan. Yadi menyebutkan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara adalah menstruasi pertama pada usia terlampau muda, melahirkan anak pertama di usia lebih dari 35 tahun, serta gaya hidup tidak sehat seperti kerap mengonsumsi alkohol dan merokok.

Selain itu, faktor genetika, seperti ada anggota keluarga yang mengidap kanker, juga menjadi faktor yang meningkatkan risiko kanker. Ia pun memastikan gaya hidup sehat, melahirkan anak pada usia di bawah 35 tahun, dan menyusui bayi sampai usianya dua tahun adalah hal-hal yang dapat menurunkan risiko kanker payudara.

Baca juga: Pakar psikologi : Penerimaan diri langkah pertama pemulihan psikologis pengidap kanker
Baca juga: Kanker penyakit biaya tertinggi kedua setelah jantung

Deteksi dini dan pencegahan risiko juga merupakan langkah penting yang dapat mengurangi potensi kematian akibat kanker payudara dan memperbesar tingkat kesembuhannya.

"Pencegahan dan deteksi dini, dua itulah yang menjadi kunci utama untuk penanganan kanker yang lebih baik," kata Yadi menegaskan.

 

Data Globocan tahun 2020 menunjukkan jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 65.858 kasus atau 16,6 persen dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia, dan jumlah kematian akibat kanker tersebut pada 2020 mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus. Sementara itu, untuk meningkatkan kesadaran terhadap kanker payudara, masyarakat dunia memperingati bulan Oktober sebagai Bulan Peduli Kanker Payudara.