Pakar psikologi : Penerimaan diri langkah pertama pemulihan psikologis pengidap kanker

id kanker payudara,penerimaan diri,bulan peduli kanker payudara

Pakar psikologi : Penerimaan diri langkah pertama pemulihan psikologis pengidap kanker

Pakar psikologi dan seksologi klinis Zoya Amirin M.Psi., FIAS ditemui usai agenda Breast Cancer Awareness Month 2023 Kalbe Farma di Jakarta, Sabtu (28/10/2023). ANTARA/Nabil Ihsan.

Jakarta (ANTARA) - Pakar psikologi dan seksologi klinis Zoya Amirin M.Psi., FIAS mengatakan penerimaan diri (self-acceptance) adalah hal pertama yang harus dilakukan perempuan pengidap kanker payudara untuk bangkit dan melanjutkan kehidupan setelah diagnosis tersebut.

"Yang perlu dilakukan pertama adalah radical self-acceptance, penerimaan diri yang sangat radikal," kata Zoya usai agenda Breast Cancer Awareness Month 2023 di Jakarta, Sabtu.

Psikolog lulusan Universitas Indonesia itu mengatakan sangat wajar seseorang bersedih setelah didiagnosis mengidap kanker. Namun, kesedihan itu harus dicerna dengan baik dan tidak boleh dinafikan begitu saja.

Jika rasa sedih itu diproses dengan baik, lanjut dia, penerimaan diri dapat berangsur-angsur muncul, sehingga perempuan yang mengidap kanker dapat bangkit serta termotivasi menjalani kehidupan dan pengobatan setelah divonis kanker.

"Ketika kita bisa menerima kekurangan kita dan hal-hal yang harus kita perjuangkan ke depan, kita akan jadi lebih kuat menghadapi apapun ke depan," ujar Zoya yang merupakan anggota Asosiasi Seksologi Indonesia itu.

Zoya mencontohkan, apabila seseorang mengalami kecelakaan hingga cedera, pasti ia membutuhkan waktu untuk pemulihan dan fisioterapi jika diperlukan. Waktu berproses yang demikian juga diperlukan pejuang kanker.

Penerimaan diri tidak kalah penting bagi perempuan yang didiagnosis kanker payudara pada usia muda dan belum menikah, karena sebelum menghadapi pasangan yang dapat menerima kondisi mereka apapun keadaannya, mereka pun harus menerima dan memahami kondisi diri.

Ia juga mendorong perempuan untuk memeriksakan diri kepada tenaga medis yang kompeten daripada langsung mencari pengobatan alternatif setelah divonis kanker, karena hal tersebut dapat memberi kesan bahwa mereka menepis fakta bahwa ada penyakit pada tubuhnya.

Baca juga: Pengamat sebut tindakan Polri lucuti baju demonstran timbulkan traumatis
Baca juga: Laura menikmati baca buku bertema psikologi serta fiksi fantasi

Data Globocan tahun 2020 menunjukkan jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 65.858 kasus atau 16,6 persen dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia, dan jumlah kematian akibat kanker tersebut pada 2020 mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus.

Sementara itu, untuk meningkatkan kesadaran terhadap kanker payudara, masyarakat dunia memperingati bulan Oktober sebagai Bulan Peduli Kanker Payudara.