Jakarta (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkapkan Gunung Merapi terus mengeluarkan guguran lava dengan jarak luncur maksimum 1.700 meter mengarah ke Kali Bebeng. Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi Yulianto mengatakan guguran lava itu terjadi sepanjang periode Rabu (13/12), pukul 00.00 hingga 24.00 WIB.
"Teramati 17 kali guguran lava ke arah Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimum 1.500 meter," ujarnya dalam laporan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Wilayah geografis Gunung Merapi meliputi Kabupaten Magelang, Klaten, Boyolali (Jawa Tengah) dan Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta).
Berdasarkan pengamatan kegempaan, PVMBG mencatat ada 109 kali gempa guguran dengan amplitudo 2 hingga 23 milimeter dan lama gempa 19,48 hingga 197,64 detik yang terjadi di Gunung Merapi.
PVMBG juga merekam ada tiga kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 6 hingga 80 milimeter dan lama gempa 45,36 hingga 118,56 detik. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer.
Di sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer, sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.
PVMBG mengimbau masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Pada 8 Desember 2023, Gunung Merapi tercatat ada delapan kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimum 3.500 meter mengarah ke Kali Krasak dan 19 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimum 1.500 meter ke arah kali di bagian barat daya.
Hujan air bercampur dengan abu vulkanik juga melanda Desa Stabelan, Desa Klakah, dan Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Sejak 5 November 2020 hingga saat ini, Gunung Merapi menempati status kebencanaan level III atau siaga karena aktivitas vulkanik masih cukup tinggi berupa erupsi efusif.