HARGA KELAPA TURUN PETANI MEMBUAT KOPRA

id

          Mataram, 6/6 (ANTARA) - Sebagian petani kelapa di Kabupaten Lombok Utara (KLU), Nusa Tenggara Barat (NTB)  kini terpaksa mengolah kelapa menjadi kopra sehubungan dengan turunnya harga kelapa butiran sejak beberapa bulan terakhir.

         Petani kelapa di Desa Medana, Kecamatan Tanjung, KLU, Sapri, Sabtu,  mengatakan sekarang harga kelapa butiran hanya Rp500 hingga Rp750 perbutir, anjlok dibandingkan sebelumnya Rp1.000 hingga Rp1.500 perbutir.

         "Karena itu kami terpaksa membuat kopra, selain harganya lebih mahal juga limbah seperti sabut dan tempurung  bisa dijual dan harganya cukup tinggi," katanya.

        Kalau menjual kelapa butiran hasilnya relatif sedikit dan tidak cukup untuk biaya hidup hingga musim panen berikutnya.

         Menurut dia,  anjloknya harga kelapa butiran antara lain disebabkan berkurangnya permintaan komoditas perkebunan tersebut di pasar antarpulau,  hasil panen hanya dijual di pasar lokal.

         Terkait murahnya harga komoditas perkebunan tersebut, sebagian petani di KLU menunda panen kelapa kendati buahnya sudah banyak yang kering.

       "Kalau buah kelapa dipetik secara rutin setiap satu setengah bulan sekali, petani rugi ongkos petik," katanya.

       Ia mengatakan, biasanya para petani memanen kelapa setiap satu setengah bulan sekali atau delapan kali setahun, namun karena harganya murah mereka memetik kelapa setiap dua bulan sekali atau enam kali setahun.

           Akibat merosotnya harga kelapa tersebut para petani di Lombok kembali menanggung beban hidup berat, karena hasil penjualan kelapa tidak cukup untuk biaya hidup yang semakin tinggi.

          Menurut dia, ketika harga kelapa butiran mahal,  beberapa bulan lalu para petani bisa sedikit lega, karena hanya dengan menjual dua butir bisa membeli satu kilogram beras, sekarang  untuk mendapatkan satu kilogram beras harus menjual empat hingga lima butir.

         "Para petani kelapa di Pulau Lombok mengharapkan harga komoditas perkebunan tersebut kembali naik seperti sebelumnya minimal bisa seimbang dengan harga kebutuhan pokok," katanya. (*)