Jakarta (ANTARA) - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank memberikan pendampingan kepada 139 perajin batik aromaterapi binaan Al-Warits dari 11 desa di Kabupaten Bangkalan, Pamekasan dan Sumenep, Madura.
Ke-139 perajin batik aromaterapi tersebut semuanya merupakan perempuan.
Dalam memberikan pendampingan, LPEI berkolaborasi dengan Kemenkeu Satu (Bea Cukai dan Direktorat Jenderal Pajak), serta Dinas Koperasi, Usah Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Timur.
“Selain penguatan kompetensi dan peningkatan kapasitas produksi, kami juga diberikan pelatihan penyusunan laporan keuangan, manajemen perusahaan, prosedur dan perizinan ekspor serta penyuluhan perpajakan dalam rangka meningkatkan kapasitas bisnis Desa Devisa Batik aromaterapi,” kata Pendiri Batik Al-Warits Warisatul Hasanah di Jakarta, Minggu.
Batik aromaterapi adalah produk unik yang mengeluarkan aroma wangi rempah dan bunga dari kain batiknya, tahan hingga empat tahun meskipun dicuci berulang-ulang.
Metode batik aromaterapi ditemukan Warisatul Hasanah yang mendirikan Batik Al-Warits. Al Warits telah menjadi mitra binaan LPEI sejak 2019 dan mengikuti berbagai pameran skala internasional seperti Trade Expo Indonesia (TEI) 2019.
Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI Ilham Mustafa menjelaskan, LPEI terus memperkuat komitmennya untuk mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan bagi ekspor nasional.
Salah satu wujud nyata adalah dengan melakukan pendampingan kepada perajin batik aromaterapi yang menjadi ciri khas Madura tersebut. Berbagai pelatihan dan pendampingan LPEI untuk desain batik gentong Madura dan peningkatan kapasitas produksi dalam satu tahun terakhir mulai membuahkan hasil.
Ilham menyampaikan bahwa LPEI berhasil meningkatkan kapasitas produksi perajin batik meningkat dari 400 kain per hari menjadi 4.000 kain per hari dan pendapatan perajin dari Rp300.000 menjadi Rp1.250.000 per bulan.
Ia menjelaskan, Program Desa Devisa dirancang untuk memberikan pendampingan yang komprehensif dan berkelanjutan dengan tujuan membuka potensi ekspor komoditas unggulan daerah. Pendampingan Desa Devisa Batik Aromaterapi ini berhasil mendorong ekspor produk batik aromaterapi ke negara Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Korea, dan Jepang.
“LPEI terus berkomitmen mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan hingga menciptakan kesejahteraan bagi para perajin batik,” ujar Ilham.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja nilai ekspor kain atau bahan pakaian Indonesia (HS Code 56 – 60) sepanjang l2023 tercatat mencapai 473,31 juta dolar AS.
Lima negara tujuan ekspor utama kain atau bahan pakaian Indonesia adalah Jepang (porsi 19,6 persen), Vietnam (15,6 persen), India (7,4 persen), Amerika Serikat (6,1 persen) dan Korea Selatan (5,8 persen).
Baca juga: Kakao hasil Desa Devisa Jembrana Bali binaan LPEI raih penghargaan internasional
Baca juga: LPEI dan Standard Chartered bertemu bahas kerjasama
Masih berdasarkan data BPS, kinerja nilai ekspor batik mencapai 17,45 juta dolar AS pada tahun 2023. Batik asal Indonesia paling banyak diekspor ke negara-negara seperti Amerika Serikat (porsi 74,75 persen), Jerman (3,61 persen), Singapura (3,23 persen), Malaysia (2,82 persen), dan Kanada (1,92 persen).
Sebagai eksportir pemasok bahan pakaian, Indonesia terus mengembangkan potensi desain kain dan melakukan terobosan untuk menjangkau pasar yang lebih luas.