OJK paparkan strategi hadapi tekanan IHSG

id Indeks Harga Saham Gabungan ,IHSG,Otoritas Jasa Keuangan,OJK,saham,investasi,Inarno Djajadi,pasar saham,pasar modal,Indo

OJK paparkan strategi hadapi tekanan IHSG

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi. ANTARA/M Haris SA

Jakarta (ANTARA) - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (PMDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi memaparkan berbagai strategi OJK dalam menghadapi perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sedang mengalami tekanan.

Pertama, berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), dan Lembaga Pinjaman Simpanan (LPS) dalam payung Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) guna menjaga stabilitas sistem keuangan, katanya di Jakarta, Kamis.

Kedua, lanjutnya, menghimbau kepada para pelaku pasar untuk bersikap rasional dan mempertimbangkan faktor-faktor, baik fundamental maupun sentimen- sentimen dalam penentuan keputusan berinvestasi.

Lalu, ketiga, melakukan close monitoring bersama dengan Self-Regulatory Organization (SRO) terhadap transaksi untuk memastikan pasar berjalan secara teratur, wajar, dan efisien. Kemudian, keempat, melakukan brainstorming dengan SRO, asosiasi, pelaku pasar untuk mendapatkan insight, masukan, dalam pengembangan kebijakan dan peraturan ke depan.

Inarno menjelaskan pergerakan IHSG dipengaruhi oleh faktor fundamental dan sentimen baik dari global maupun domestik. Dari sisi fundamental emiten, berdasarkan rilis data keuangan kuartal I 2024, lebih dari 50 persen emiten kinerjanya menurun dan data agregat profit tercatat turun 10,6 persen year on year (yoy) dibandingkan dengan kuartal I 2023.

Ia menjelaskan bahwa beberapa hari yang lalu Gubernur BI Perry Warjiyo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan sinyal bahwa kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian yang berpotensi mempengaruhi tekanan terhadap ekonomi dalam negeri.

Selain itu, lanjutnya, Indonesia juga akan menghadapi tantangan imbas dari pelemahan ekonomi negara maju, harga komoditas yang mempengaruhi inflasi, berlanjutnya era suku bunga tinggi, serta volatilitas nilai tukar dan risiko konflik geopolitik.

Baca juga: OJK harap "roadmap" dana pensiun dorong publik
Baca juga: Penyidik OJK selesaikan 123 perkara


"Adapun faktor suku bunga tinggi, baik di global maupun domestik, hal tersebut tentunya akan mempengaruhi akselerasi kinerja emiten di bursa," ujar Inarno.

Pada akhir perdagangan Kamis (13/6/2024), IHSG berada pada posisi 6.831,56, dengan indeks LQ45 berada di posisi 858,62, yang mana secara year to date (ytd) IHSG mengalami pelemahan sebesar 6,07 persen.