Jambi (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan proyek revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Provinsi Jambi, melibatkan warga di delapan desa yang masuk dalam wilayah kawasan.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi Agus Widiatmoko mengatakan revitalisasi ini bukan hanya untuk menemukan kembali jejak peradaban yang sempat hilang, tapi menggali lagi nilai-nilai budaya masyarakat sekitar.
"Untuk apa sih kita membongkar candi, menata lingkungan, kalau tidak untuk masyarakat? Sehingga, bersamaan dengan itu kita merevitalisasi nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat," ujar Agus di Jambi, Rabu.
Delapan desa tersebut meliputi Desa Muara Jambi, Danolamo, Desa Baru, Kemingking Luar, Kemingking Dalam, Teluk Jambu, Dusun Mudo, dan Tebat Patah. Menurut Agus, seluruh proyek mulai dari perencanaan, ekskavasi, hingga pemugaran, seluruhnya melibatkan warga sekitar. Di tiap-tiap candi yang tengah di ekskavasi maupun dipugar diisi oleh sejumlah warga yang mewakili desa.
Saat ini ada empat candi yang tengah dipugar maupun diekskavasi. Candi yang dipugar adalah Candi Kotomahligai dan Candi Parit Duku. Sementara Candi Menapo Alun-Alun dan Candi Sialang dalam proses ekskavasi.
Ia mengemukakan warga yang terlibat ini diambil secara rata di tiap-tiap desa agar tidak menimbulkan kecemburuan. Menariknya, masyarakat yang terlibat itu tidak memiliki kemampuan maupun pengetahuan apapun perihal ekskavasi maupun pemugaran.
"Semua berangkat dari nol. Tidak ada yang benar-benar memiliki pengetahuan soal revitalisasi," kata dia.
Warga yang terlibat diberikan arahan langsung di lapangan. Mereka belajar dengan mengikuti setiap instruksi yang diberikan tim ahli. Lewat pengalaman langsung, Agus ingin agar muncul rasa memiliki dari diri mereka soal merawat dan menjaga candi beserta kawasan.
"Karena kuncinya adalah pelibatan komunitas lokal di kawasan tersebut. Dengan begitu, rasa memiliki kawasan KCBN akan tumbuh dan menguat dengan sendirinya," katanya.
Rasa memiliki ini tumbuh dalam lubuk hati Sartini (51). Perempuan warga Desa Muara Jambi ini tergabung dalam proyek gastronomi Pasar Duku Karet (Paduka) yang inisiasi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek.
Paduka ini layaknya Pasar Papringan di Temanggung, Jawa Tengah. Pengunjung dapat mencoba berbagai kuliner khas Jambi. Wisata kuliner di Paduka mengusung konsep ramah lingkungan dengan wadah yang digunakan sebagai pembungkus makanan berasal dari bahan alami.
Baca juga: InJourney siapkan atraksi di Candi Prambanan saat Lebaran mendatang
Baca juga: IHA meninjau candi Muaro Jambi untuk jadi cagar budaya taraf global
Mereka juga diajarkan cara penyajian makanan, pengolahan, hingga psikologi masakan. Lewat penyajian yang baik, akan menghasilkan makanan yang berkualitas pula.
"Akhirnya ikan yang dulu dianggap biasa saja, setelah disajikan sedemikian rupa malah memiliki nilai lebih," kata dia.
Ia beruntung bisa masuk ke proyek Paduka, karena selain menambah nilai budaya bagi dirinya dan lingkungan, juga perekonomian yang juga ikut bergerak ke arah yang lebih baik.
Berita Terkait
Ada zonasi khusus ibadah umat Buddha di Borobudur
Selasa, 20 Agustus 2024 6:59
Ribuan umat Buddha kirab dari Candi Mendut menuju Borobudur
Kamis, 23 Mei 2024 18:22
Biksu harap Waisak 2024 bawa kedamaian seluruh umat beragama
Rabu, 15 Mei 2024 7:05
InJourney siapkan atraksi di Candi Prambanan saat Lebaran mendatang
Senin, 8 April 2024 12:34
KPU harap aspek kultural-sosiologis daerah dalam Pilkada 2024
Senin, 1 April 2024 7:32
Menko PMK hadiri Tawur Agung Kesanga menjelang Nyepi di Candi Prambanan
Senin, 11 Maret 2024 6:37
Menengok wisata sejarah di Tegallinggah Bali
Jumat, 23 Februari 2024 7:51
IHA meninjau candi Muaro Jambi untuk jadi cagar budaya taraf global
Rabu, 10 Januari 2024 17:46