Petenis Djokovic incar Olimpiade 2028 usai raih medali emas

id Djokovic,Olimpiade Paris 2024,Olimpiade LA 2028

Petenis Djokovic incar Olimpiade 2028 usai raih medali emas

Petenis Serbia Novak Djokovic mencium medali emasnya upacara penyerahan medali untuk nomor tunggal putra Olimpiade Paris 2024 di Lapangan Philippe-Chatrier, Roland Garros, Paris, Prancis, Minggu (4/8/2024). ANTARA/AFP/Carl de Souza/aa. (AFP/Carl De Souza)

Jakarta (ANTARA) - Novak Djokovic menggambarkan kemenangan medali emas Olimpiade sebagai kesuksesan terbesar, dan mengungkapkan bahwa dia mungkin akan mempertahankan gelar di Olimpiade Los Angeles 2028 ketika berusia 41 tahun.

Djokovic, yang berkompetisi pada Olimpiade kelimanya, menang 7-6(7/3), 7-6(7/2) melawan Carlos Alcaraz dalam final yang mendebarkan di Roland Garros untuk menambah medali emas Olimpiade pada 24 kemenangan Grand Slamnya.

"Ini mungkin kesuksesan olahraga terbesar yang pernah saya alami dan perasaan paling istimewa," kata Djkovic, seperti disiarkan AFP, Senin.

"Saya pikir membawa bendera pada upacara pembukaan negara saya di Olimpiade 2012 adalah perasaan terbaik yang bisa dimiliki seorang atlet hingga saat ini."

"Sekarang di usia 37 tahun dan menghadapi petenis berusia 21 tahun yang mungkin merupakan pemain terbaik di dunia saat ini, memenangi Roland Garros dan Wimbledon berturut-turut, saya dapat mengatakan bahwa ini mungkin kesuksesan olahraga terbesar yang pernah saya alami," ujar petenis Serbia itu.

Kemenangan pada final Olimpiade memungkinkan Djokovic untuk bergabung dengan Andre Agassi, Rafael Nadal, Steffi Graf dan Serena Williams sebagai petenis yang memenangi keempat turnamen Grand Slam dan medali emas tunggal Olimpiade atau disebut dengan Golden Slam.

Sebelum mengalahkan Alcaraz, penampilan terbaiknya di Olimpiade terjadi pada 2008 di Beijing ketika meraih perunggu, ia kalah tiga kali di semifinal.

Sekarang dia ingin terus bermain dan tidak menutup kemungkinan untuk mencoba memenangi medali emas berturut-turut di Los Angeles dalam waktu empat tahun.

"Saya ingin bermain di Los Angeles, saya menikmati bermain untuk negara saya di Olimpiade, di Piala Davis," kata Djokovic.

Baca juga: Petenis Djokovic percaya diri sabet emas Olimpiade Paris
Baca juga: Petenis Nadal capai final pertamanya dalam dua tahun terakhir


Djokovic merupakan juara nomor tunggal tertua sejak tenis kembali ke Olimpiade pada 1988, dan ia mematahkan upaya Alcaraz untuk menambah medali emas pada gelar French Open dan Wimbledon yang telah ia kantongi pada musim panas ini.

Gelar juara yang baru saja ia dapat adalah yang ke-99 dalam kariernya dan yang pertama pada 2024 setelah musim yang sulit di mana Jannik Sinner menggantikannya sebagai juara Australian Open, dan akhirnya mengambil tempat nomor satu dunia.

Alcaraz kemudian menguasai French Open sebelum menggagalkan upayanya untuk menyamai rekor delapan gelar Wimbledon milik Roger Federer. Cedera lutut yang diderita Djokovic di French Open memerlukan operasi, dan partisipasinya di semifinal Olimpiade sempat terlihat dalam bahaya ketika cederanya tampak memburuk.

"Saya tahu bahwa ini bisa menjadi kesempatan terakhir saya untuk mendapatkan medali emas," kata Djokovic.

"Saya melakukan semua yang saya bisa untuk mempersiapkan diri menghadapi periode ini. Cedera itu sedikit mengalihkan perhatian saya. Namun menjelang Olimpiade, saya merasa seperti pemain yang berbeda dalam hal cara saya bergerak, cara saya bermain."

"Di satu sisi, kekalahan telak dari Alcaraz di Wimbledon mungkin menguntungkan saya karena saya tahu saya tidak bisa bermain lebih buruk dari itu," ujar Djokovic.