Medan (ANTARA) - Hingga 5 September 2024, Organisasi Anti-Doping Indonesia (IADO) telah mengirim 34 dari target 800 sampel doping dari perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 Aceh-Sumatera Utara ke Bangkok, Thailand untuk dilakukan uji laboratorium.
Berdasarkan keterangan tertulis IADO, Jumat, proses analisis sampel ini diperkirakan memakan waktu minimal 21 hari.
Meskipun upacara pembukaan PON 2024 baru akan dilaksanakan pada Senin (9//9) sejumlah cabang olahraga sudah mulai dipertandingkan sejak 28 Agustus, seperti Polo Air, Senam, Dayung, dan Angkat Besi.
Para pemenang dari cabang-cabang tersebut telah diambil sampel urinnya untuk diperiksa.
Ketua Umum IADO Gatot S. Dewa Broto mengaku adanya tantangan besar dalam mempersiapkan pengawasan doping selama PON 2024.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah keterbatasan anggaran. Namun, IADO tetap berkomitmen untuk mendukung kesuksesan pengawasan doping.
“Persoalan berikutnya adalah terbatasnya jumlah DCO berlisensi yang dapat ditugaskan atas dasar tidak terpenuhinya reward yang minimal diperoleh mengingat mereka sehari-hariannya juga berprofesi di kantor masing-masing,” ujar Gatot.
Selain itu, IADO juga harus memastikan setiap Doping Control Station (DCS) memenuhi standar internasional yang ditetapkan oleh Badan Anti-Doping Dunia (WADA).
Tantangan lainnya adalah dalam menjalankan program edukasi doping. IADO semula berencana melibatkan Presenter Edukasi (PRESI) yang baru saja terpilih pada 30 Agustus 2024 untuk mendukung program edukasi anti-doping selama PON 2024.
Namun, karena waktu yang sangat terbatas, PRESI belum dapat ditugaskan secara optimal. Oleh karena itu, IADO hanya mengandalkan pegawai Direktorat Edukasi yang sudah ada untuk menjalankan program edukasi tersebut.
“Beruntung bahwasanya baik Dinas Kesehatan Aceh maupun Dinas Kesehatan Sumatera Utara cukup kooperatif dalam memfasilitasi keperluan IADO, dan sebaliknya IADO juga mengurangi jumlah kegiatan yang berdampak pada anggaran seperti misalnya kegiatan edukasi tidak dilakukan di setiap kota yang ada venue pertandingannya, tetapi cukup di Banda Aceh, Medan dan Deli Serdang,” ujar Gatot.
Baca juga: KONI Pusat apresiasi PODSI sukses gelar lomba nomor canoeing
Baca juga: Pertandingan canoeing babak final 200 m ditunda Sabtu
Di Banda Aceh, kegiatan kampanye anti-doping dilakukan di cabang olahraga angkat besi, bola basket 5x5, tenis lapangan, panjat tebing, dan dayung.
Sementara di Medan dan Deli Serdang, kampanye serupa dilakukan di cabang atletik, taekwondo, bulu tangkis, karate, dan jujitsu. Jumlah sampel yang diambil pun dikurangi, namun tetap mencakup seluruh cabang olahraga Olimpiade.
IADO menegaskan komitmennya dalam mendukung suksesnya PON 2024. Mereka berharap pengawasan doping yang ketat dapat meningkatkan kesadaran para atlet terhadap bahaya doping.
“Karena kini contohnya mengelak dari pengambilan sampel saja sudah bisa dianggap doping meski belum terbukti mengkonsumsi zat terlarang,” ujar Gatot.