Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sastri Sunarti mengungkapkan manfaat riset manuskrip, literatur, dan tradisi lisan bagi ilmu pengetahuan modern.
Dalam sebuah gelar wicara yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat, Sastri memaparkan riset manuskrip, literatur, dan tradisi lisan, bermaksud untuk menghubungkan antara pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat Indonesia dengan ilmu pengetahuan modern, guna mencari kecocokan pengetahuan dan dapat dibuktikan secara saintifik, sebagai upaya pelestarian kearifan lokal tersebut.
"Contohnya seperti pengetahuan etnoastronomi yang ada di Amfoang, Kupang (NTT). Tentunya kita ingin membuktikan apakah pengetahuan tersebut sesuai dengan ilmu pengetahuan modern seperti sekarang," katanya.
Baca juga: Kolektor Australia hibahkan manuskrip Al Quran abad 17 ke Museum Negeri NTB
Ilmu etnoastronomi masyarakat setempat dibuktikan dengan adanya sejumlah istilah astronomi, seperti Noel Neno dalam astronomi Amfoang yang artinya sungai di langit. Sedangkan dalam astronomi modern disebut Bimasakti atau Milky Way.
Kemudian ada juga istilah Maklafu Kotog atau rasi Pleiadesy yang digunakan masyarakat Amfoang untuk penentuan akhir musim kering dan awal musim hujan.
"Beberapa di antara ilmu tersebut ada yang cocok dan sesuai, mungkin hanya penyebutan dan pemanfaatannya yang berbeda, seperti mereka memanfaatkan ilmu etnoastronomi untuk memanen madu hutan," ujarnya.
Sastri memaparkan masyarakat lokal Amfoang selama turun-temurun telah mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memanen madu hutan melalui ilmu etnoastronomi yang dipahami.
Baca juga: Filolog pamer rempah dalam manuskrip Aceh
Mereka, sambungnya, memanfaatkan momentum di mana bintang kejora mulai redup atau menjelang subuh untuk memanen madu, karena pada saat itu masyarakat setempat meyakini keadaan lebah madu menjadi lebih tenang.
"Pada saat bintang kejora mulai redup atau menjelang subuh, nah itu ternyata mereka menemukan bahwa lebah menjadi lebih tenang, maka saat itulah waktunya memanen madu, karena di situ banyak tersedia. Itu adalah salah satu contoh bagaimana riset ini bisa memberi perspektif baru pada pengetahuan modern," ujarnya.
Oleh karena itu Sastri mengatakan kini pihaknya tidak hanya diseminasi berbagai hasil temuan tersebut kepada sesama periset, melainkan juga kepada komunitas dan masyarakat, agar budaya tersebut bisa dilestarikan, dan bisa memberikan manfaat finansial bagi masyarakat setempat.
Berita Terkait
BRIN dan Unsoed berkolaborasi bidang riset warisan budaya
Kamis, 7 November 2024 20:45
Kampus punya andil besar dalam kajian budaya daerah
Selasa, 20 Agustus 2024 18:50
Penataan Gunung Padang setelah riset dan penelitian selesai
Kamis, 19 Desember 2019 18:25
Museum NTB teliti tradisi berladang masyarakat Sasak di Lombok
Rabu, 6 November 2024 18:29
Kearifan lokal harus diintegrasikan dalam sistem hukum
Minggu, 27 Oktober 2024 6:20
Bakar Batu jadi warisan nenek moyang simbol perdamaian
Kamis, 18 Juli 2024 7:24
Halalbihalal jembatani kebijakan pemerintah-kearifan lokal
Rabu, 17 April 2024 5:26
Flores Timur angkat kearifan lokal dalam Festival Bale Nagi
Selasa, 2 April 2024 20:13