"Kalau konten di take down (dihapus), jangan langsung panik dan langsung dihapus karena TikTok menyadari ini sebagai platform bisa salah," kata Communications Director TikTok Indonesia Anggini Setiawan saat ditemui dalam acara pertemuan media di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis.
Dia menambahkan, "Artinya, kami menyediakan fitur banding, tapi tidak akan bisa diproses kalau videonya dihapus duluan". Anggini menjelaskan bahwa TikTok selalu berusaha meningkatkan pelayanan mereka agar pengguna dapat menggunakan TikTok dengan nyaman.
Oleh karena itu, TikTok menggunakan sistem moderasi konten dengan bantuan AI (kecerdasan buatan) untuk memantau mana konten yang tidak melanggar panduan komunitas TikTok, mana konten yang harus ditangguhkan.
Dalam kebijakan penggunaan TikTok, platform tersebut telah membagikan peraturan yang harus dipatuhi pengguna, salah satunya dilarang memuat konten pornografi, SARA, ujaran kebencian, dan tendensi negatif lainnya.
Baca juga: Menteri BUMN siap pertemukan CEO TikTok dan YouTube dengan presiden
Dalam kebijakan penggunaan TikTok, platform tersebut telah membagikan peraturan yang harus dipatuhi pengguna, salah satunya dilarang memuat konten pornografi, SARA, ujaran kebencian, dan tendensi negatif lainnya.
Baca juga: Menteri BUMN siap pertemukan CEO TikTok dan YouTube dengan presiden
"Cukup berat ya kalau mau memoderasi konten, jadi kita menggunakan bantuan mesin yang dilatih untuk melihat visual, gestur, audio," kata Anggini.
Sayangnya, penggunaan mesin atau AI itu terkadang menangguhkan konten-konten yang sebenarnya tidak melanggar peraturan komunitas TikTok. Anggini juga mengatakan bahwa beberapa kesalahan dalam penangguhan konten bisa saja terjadi, sehingga pengguna diharapkan dapat memanfaatkan fitur banding jika merasa konten mereka aman dan tidak melanggar ketentuan.
Sayangnya, penggunaan mesin atau AI itu terkadang menangguhkan konten-konten yang sebenarnya tidak melanggar peraturan komunitas TikTok. Anggini juga mengatakan bahwa beberapa kesalahan dalam penangguhan konten bisa saja terjadi, sehingga pengguna diharapkan dapat memanfaatkan fitur banding jika merasa konten mereka aman dan tidak melanggar ketentuan.
"Tapi mesin tidak bisa berpikir dan menangkap konteks atau narasi, itu belum tentu benar-benar dilihat langsung (oleh) TikTok," sambungnya.
Lebih lanjut, penangguhan konten video akan berbeda antara satu pengguna dan pengguna lainnya. Setelah AI melakukan penangguhan konten, TikTok akan menyaring kembali konten tersebut (selama pengguna meminta banding dan tidak menghapus kontem videonya).
Baca juga: Merger TikTok-Tokopedia tak untungkan UMKM Indonesia
Baca juga: Merger TikTok-Tokopedia tak untungkan UMKM Indonesia
Nantinya, TikTok akan menilai apakah konten yang ditangguhkan tersebut murni kesalahan dari AI atau benar-benar perlu untuk ditangguhkan. Jika konten yang ditangguhkan merupakan kesalahan dari AI, maka TikTok akan menaikkan kembali konten tersebut.
"Pahami bahwa moderasi kami ada elemen mesinnya, tapi kami menganggap pekerjaan kami sangat serius," kata Anggini.
"Kalau kami yang ternyata salah membacanya, maka kontennya akan naik kembali," kata Anggini mengakhiri perbincangan.