Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan salah satu target periode 2025-2029 adalah menjadikan Indonesia peringkat ke-49 dalam Indeks Inovasi Global (GII).
"Syukur Alhamdulillah, Indonesia pada saat ini bisa masuk ke ranking 54 untuk di Global Innovation Index," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam rapat bersama Komisi X DPR di Jakarta, Selasa.
Hal tersebut disampaikan Laksana terkait rencana kebijakan BRIN untuk periode 2025-2029. Terkait hal itu, katanya, tugas utama BRIN adalah menjadi fasilitator agar industri riset dan pengembangan bertumbuh, dan hal itu dapat tercermin dalam bentuk belanja penelitian dan pembangunan (Litbang).
Tri mengatakan seharusnya, 80 persen dari total belanja berasal dari non-pemerintah.
"Kalau di akhir periode 2029 itu kalau tidak salah target belanja Litbang Nasional itu ada 1 persen, sehingga minimal 0,8 persen itu harus dari swasta sedangkan APBN itu hanya 0,2 persen," katanya.
Dalam kesempatan itu dia menjelaskan untuk tahun anggaran 2025, BRIN mendapatkan alokasi sebesar Rp 5,842 triliun, dengan rincian sekitar Rp2 triliun untuk riset dan inovasi, dan dukungan manajemen sebesar Rp3,8 triliun.
Dalam hal mendukung program-program prioritas Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, pihaknya mendapatkan amanat di sejumlah program, contohnya program prioritas kedua, yakni swasembada pangan dan swasembada energi.
Perihal swasembada pangan, katanya, pihaknya akan mengembangkan varietas yang sesuai dengan iklim dan ekologi yang sesuai dengan tiap daerah Indonesia, guna menggenjot produktivitas pertanian lokal. Selain itu, katanya, mengembangkan teknologi budidaya pertanian, peternakan, perikanan, guna diversifikasi produk hasil pangan.
Baca juga: BRIN dan Unsoed berkolaborasi bidang riset warisan budaya
Adapun untuk swasembada energi, dia mengatakan BRIN berfokus pada transisi PLTU batu bara agar menjadi ramah lingkungan, serta persiapan untuk PLTN. Program prioritas nasional lainnya yang ditangani BRIN termasuk infrastruktur berkelanjutan, di mana pihaknya diminta untuk membantu dalam hal digitalisasi.
Laksana menambahkan, untuk program prioritas nasional keempat terkait kesehatan, BRIN berfokus pada penguatan kesehatan preventif baik dalam bentuk alat kesehatan seperti rapid test kit, kemudian juga pengobatan yang sifatnya presisi, berbasis genomik, serta obat berbasis sumber daya lokal dan pangan fungsional, misalnya untuk stunting.
Baca juga: Program Makan Bergizi Gratis miliki muatan edukasi pola hidup
"Kemudian untuk TBC, itu kami saat ini mengembangkan rapid test kit dan vaksin TBC," katanya.
Adapun untuk prioritas nasional kelima, ujarnya, BRIN diminta membantu hilirisasi dan industrialisasi, khususnya yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam lokal yang terbarukan, artinya hilirisasi dari pertanian, peternakan, kehutanan, dan sebagainya.