Nelayan NTB diminta waspadai gelombang tinggi capai 2,5 meter

id gelombang tinggi,waspada gelombang tinggi,cuaca buruk,nusa tenggara barat,BMKG,nelayan

Nelayan NTB diminta waspadai gelombang tinggi capai 2,5 meter

Ilustrasi - Gelombang tinggi menghantam pemecah ombak (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/Spt)

Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta para nelayan untuk mewaspadai gelombang laut yang dapat mencapai 1,25 meter hingga 2,5 meter di wilayah perairan selatan Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Waspada tinggi gelombang yang mencapai dua meter atau lebih di Selat Lombok bagian selatan, Selat Alas bagian selatan, dan Samudera Hindia wilayah selatan Nusa Tenggara Barat," kata prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid NTB, Ari Wibianto dalam laporan di Mataram, Kamis.

Ari menuturkan gelombang laut setinggi 1,25 sampai 2,5 meter kategori risiko sedang dapat membahayakan aktivitas penangkapan ikan secara tradisional.

Baca juga: Polisi imbau nelayan di Sumbawa waspadai cuaca buruk

Oleh karena itu, nelayan yang menggunakan perahu atau kapal-kapal kecil agar tidak memaksakan diri pergi melaut demi keselamatan.

Pada 28 November 2024, arah angin bertiup dari tenggara hingga barat daya dengan kecepatan maksimal 30 kilometer per jam. Suhu permukaan laut berkisar antara 29-31 derajat Celcius dengan dengan anomali 0,5-2,5 derajat Celcius.

Baca juga: Nelayan NTB diimbau waspada cuaca buruk

Berdasarkan analisis data kondisi fisis dinamika atmosfer, BMKG menyatakan adanya sirkulasi siklonik, belokan angin, dan konvergensi di Kepulauan Sunda Kecil yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Bali.

"Waspadai adanya potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan Angin kencang di sebagian Kota Mataram, Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Kota Bima, dan Bima pada siang hingga malam hari," pungkas Ari.

Baca juga: Akibat cuaca buruk, nelayan di Ampenan terpaksa menganggur