Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno menilai bergabung RI sebagai anggota penuh blok ekonomi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) merupakan langkah strategis untuk menguatkan pengaruh Indonesia di level global.
"Bergabung ke BRICS merupakan langkah strategis, sekaligus pilihan kebijakan yang tepat agar posisi Indonesia semakin kuat dan diperhitungkan baik oleh negara-negara aliansi Amerika Serikat dan Eropa Barat dan juga oleh negara-negara yang tergabung dalam BRICS," kata Eddy dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Dengan bergabungnya Indonsia ke BRICS, dia menilai Presiden Prabowo Subianto menjalankan amanat konstitusi untuk menggunakan pendekatan politik bebas-aktif dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional.
"Seperti yang disampaikan Bung Hatta 'mendayung di antara 2 karang' maka yang dilakukan Presiden Prabowo adalah sepenuhnya berpihak kepada kepentingan nasional dan tidak berpihak pada salah satu blok kekuatan politik global," ujarnya.
Dia juga meyakini bergabungnya Indonesia sebagai anggota penuh BRICS merupakan langkah strategis untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi 7 hingga 8 persen.
Dia menilai salah satu peluang Indonesia ketika bergabung ke BRICS adalah memperluas pasar ekspor. Di mana, anggota BRICS saat ini mencakup 40 persen lebih populasi dunia, termasuk di dalamnya negara-negara emerging market di Timur-Tengah.
Baca juga: Keanggotaan RI di BRICS tak perlu khawatirkan Trump-AS
"Kalau kita bicara proporsi ekonomi negara-negara BRICS, maka ada peningkatan signifikan dari tahun 1995 hanya 17 persen, meningkat tajam mencapai lebih dari 30 persen di tahun 2022. Ini peluang untuk mendapatkan pasar alternatif sekaligus meningkatkan posisi tawar di tengah meningkatnya perang dagang China dan AS," tuturnya.
Selain pasar, dia menilai bergabung Indonesia ke BRICS memberikan peluang investasi sekaligus pendanaan proyek pemerintah, mulai dari infrastruktur hingga energi terbarukan.
"Bergabung ke BRICS memberikan Indonesia peluang untuk mendapatkan lebih banyak investor di negara-negara yang ekonominya tumbuh signifikan dalam beberapa tahun terakhir," paparnya.
Sebab, kata dia, Indonesia tidak bisa selamanya tergantung pada investasi dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) dan aliansi Amerika Serikat-Jepang.
Baca juga: BRICS, babak baru diplomasi ekonomi Republik Indonesia
"Salah satu pendanaan yang dibutuhkan saat ini adalah untuk membiayai transisi menuju energi terbarukan. Ada peluang alih teknologi (transfer of knowledge) juga dari spesialisasi negara-negara BRICS seperti digitalisasi di India maupun teknologi di China," imbuhnya.
Sebelumnya, Senin (6/1), Brasil sebagai pemegang presidensi BRICS tahun ini mengumumkan bahwa Indonesia telah resmi menjadi anggota organisasi internasional tersebut.
"Indonesia, yang memiliki populasi dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, memiliki kesamaan pandangan dengan anggota-anggota BRICS lainnya terkait dengan dukungan atas reformasi institusi global dan kontribusi positif untuk menguatkan kerja sama antara negara-negara Selatan Global," demikian pernyataan pemerintah Brasil.