Mataram, NTB (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memastikan harga cabai merah maupun cabai rawit kembali stabil saat Ramadhan lantaran petani segera memasuki masa panen.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat mengatakan harga cabai yang mahal selama beberapa pekan terakhir dipicu cuaca ekstrem, sehingga produktivitas menurun drastis.
"Kemungkinan saat bulan puasa harga cabai sudah normal kembali," ujarnya di Mataram, NTB, Selasa.
Taufieq menuturkan biasanya setiap satu hektare perkebunan cabai dapat menghasilkan 1 sampai 1,5 ton, namun cuaca ekstrem yang terjadi pada Desember 2024 membuat produktivitas cabai anjlok menjadi hanya 500 sampai 700 kilogram per hektare.
Baca juga: Cuaca ekstrem dongkrak harga cabai di wilayah NTB
Menurutnya, pemerintah daerah tidak bisa mendatangkan cabai dari luar daerah ke Nusa Tenggara Barat karena situasi penurunan produksi cabai akibat cuaca ekstrem juga terjadi di daerah lain.
"Nusa Tenggara Barat sebetulnya surplus cabai, tapi karena situasi (cuaca) yang tidak menentu, waktu panen tidak bertepatan, dan produktivitas menurun," kata Taufieq.
Pada 20 Januari 2025, Dinas Perdagangan NTB mencatat harga cabai merah keriting Rp66.733 per kilogram, cabai merah besar Rp69.350 per kilogram, cabai rawit merah Rp75.100 per kilogram, dan cabai rawit hijau Rp24.950 per kilogram.
Penurunan harga paling tinggi terjadi pada cabai rawit merah sebanyak 16 persen yang sehari sebelumnya Rp87.457 per kilogram menjadi Rp75.100 per kilogram. Harga cabai berangsur turun karena ada peningkatan pasokan.
Baca juga: Tekan harga cabai, Operasi pasar murah keliling digelar di Mataram
Baca juga: Harga cabai naik, Wabup Lombok Tengah sidak di pasar
Baca juga: Harga cabai di Lombok Timur turun jadi Rp70 ribu per kilogram
Baca juga: Kenaikan harga pangan di wilayah NTB terkendali