Jakarta (ANTARA) - Kamis sore itu, Gubernur Jakarta Pramono Anung dan rombongan mengenakan rompi penyelamat, duduk di atas perahu karet menyusuri Sungai Ciliwung bagian Banjir Kanal Barat.
Pram, demikian sapaan sang gubernur mulai menyusuri sungai dari Pintu Air Manggarai dan kurang dari satu jam, dia tiba di kawasan Karet.
Sungai Ciliwung bagian Banjir Kanal Barat memiliki panjang sekitar 12 kilometer, membentang dari Manggarai ke arah barat hingga Karet, kemudian berbelok ke utara dan berakhir di Muara Angke.
Usai berlabuh, dia menemui awak media yang sudah menunggu di bawah rindang pohon dan bercerita soal idenya untuk area Ciliwung khususnya bagian BKB.
Pram ingin ada penataan di kawasan itu. Sungai Ciliwung bagian Banjir Kanal Barat, kata dia, merupakan jantungnya Jakarta ketika terjadi banjir. Memang, banjir tak bisa dihindari tetapi Pramono ingin ada persiapan untuk menghadapinya.
Untuk mengurangi risiko banjir, Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI terus melakukan pengerukan endapan lumpur di enam titik lokasi di aliran Sungai Ciliwung.
Beberapa lokasi pengerukan di antaranya segmen Pasar Baru mulai dari Jalan Juanda hingga JPO Pasar Baru dan dilanjutkan hingga Air Mancur sepanjang 500 meter.
Kemudian, dari Jembatan Merah hingga ke Jalan Pangeran Jayakarta sepanjang 350 meter.
Lalu, dari kawasan Manggarai hingga menuju ke Kanal Banjir Barat yang dibagi menjadi dua segmen yakni aliran Sungai Ciliwung dari Manggarai hingga Jalan Sukabumi, Menteng Tenggulun sepanjang 800 meter.
Serta pengerukan Sungai Ciliwung di Jalan Tenaga Listrik, Tanah Abang hingga Jalan KS Tubun yang mengarah ke aliran Kanal Banjir Barat.
Pengerukan juga dilakukan di Lampu Merah Harmoni hingga ke Jalan Veteran sepanjang 450 meter dan di belakang Makostrad TNI sepanjang 150 meter.
Pengerukan ini untuk menambah kapasitas daya tampung Sungai Ciliwung yang melintasi Jakarta Pusat, sehingga mampu menampung aliran air hujan dari saluran permukiman dan penghubung.
Sementara dari sisi estetika, Pramono ingin dibangun vertical garden atau taman vertikal di tepi sungai.
Namun, dia belum merinci titik mana saja yang akan dibangun taman dengan konsep penanaman tanaman secara vertikal itu.
Pramono membayangkan penataan kawasan itu juga meliputi area bawah jembatan. Di sana, walau tampak rapi dari atas namun rupanya dipenuhi sarang burung.
Untuk itu, dia menginstruksikan jajaran terkait untuk memasang lampu-lampu dan mengecat dinding disana agar lebih berwarna.
Pada akhirnya, penataan tepian Sungai Ciliwung bagian BKB diharapkan berbuah manis. Kawasan itu dapat menjadi lebih elok dipandang mata.
Syukur-syukur nantinya menjadi bagian kota yang bisa dinikmati warga atau para pencari rupiah kala malam di sela perjalanan.
Sebenarnya, area Ciliwung tepatnya di belakang Stasiun BNI City, Tanah Abang, Jakarta Pusat sudah tersedia Jakarta Creative Zone by JXB Edisi Riverview dari Jakarta Experience Board.
Jakarta Creative Zone by JXB merupakan sebuah zona kreatif yang ditujukan untuk masyarakat, baik turis, pengguna KRL, pesepeda maupun pejalan kaki di Jakarta.
Zona ini mewadahi berbagai aktivitas kreatif dan seni sekaligus memberikan ruang bagi para pelaku usaha untuk hadir di salah satu pusat keramaian, sehingga mendorong kebangkitan perekonomian khususnya industri kuliner dan ekonomi kreatif.
Karena itu, Pram ingin pihak JXB membantu mempresentasikan desain penataan tepi Ciliwung padanya dan Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno.
Tujuannya, agar kawasan itu betul-betul terlihat tertata dengan baik, tidak serampangan, lantaran merupakan lokasi premiumnya Jakarta, sehingga perlu diatur secara baik.
Pramono meyakini dengan terobosan-terobosan yang sedang diupayakan dapat membuat Jakarta menjadi semakin menarik bagi siapapun yang akan ke Jakarta, atau bagi warga Jakarta sendiri yang ingin menikmati kotanya.
Tentang angkutan sungai hingga BABS
Masih terkait sungai, awak media sempat bertanya pada Pramono terkait peluang kembali aktifnya angkutan sungai di era Gubernur Jakarta periode 1997 - 2002 dan 2002 - 2007, Sutiyoso.
Dulunya, angkutan sungai Jakarta mempunyai tiga dermaga yakni pinggir Sungai Banjir Kanal Barat di area Jalan Halimun, Jalan Sudirman, dan di belakang Stasiun Karet.
Namun, transportasi ini dihentikan di era Gubernur Jakarta periode 2007 - 2012 Fauzi Bowo karena dinilai tidak efektif. Terlebih, banyaknya sampah di sana yang menghambat perjalanan.
Kini wacana terkait angkutan sungai kembali mengemuka. Namun, Pramono tak memberi sinyal positif.
Bukan perkara sampah, tapi jalur pelayanan yang tak bisa terlalu panjang. Merujuk masa lalu, transportasi sungai hanya memiliki panjang jalur 1,7 km.
Selain itu, saat musim kemarau, air sungai di sana hampir kering. Inilah yang juga menjadi persoalan untuk kembali dihidupkannya transportasi sungai.
Pramono lalu ditanya tentang temuan sampah di sepanjang sungai. Dia mengatakan kawasan sungai yang dia susuri sudah bebas dari sampah. Karena warga tak lagi membuang sampahnya ke sungai.
Baca juga: Gubernur Pramono terima tim sepak bola U-12 harumkan nama Jakarta
Kalaupun ditemukan barang-barang di tepi sungai, itu milik warga. Mereka sengaja menaruh barang-barangnya di sana.
Sungai-sungai besar termasuk Ciliwung pun, kata Pramono saat ini bukan lagi sebagai jamban warga. Dia mengatakan sebagian warga yang belum memiliki jamban, malah memilih buang air besar di kebun.
Berkaca dari hal itu, Pramono mendorong warga tak lagi BAB sembarangan. Salah satu yang diupayakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yakni menyediakan tangki septik atau septic tank komunal.
Baca juga: Jakarta berencana bangun jembatan JIS-Ancol
Yang terbaru, peletakan batu pertama atau groundbreaking pembangunan Septic Tank Komunal Terintegrasi Teknologi Biogas di Rusunami Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur, pada Senin (28/7).
Pramono menegaskan ini menjadi bagian upaya Pemprov DKI Jakarta untuk terus mendorong percepatan layanan sanitasi layak bagi seluruh warga.
Dampak lainnya yakni bisa secara signifikan menurunkan keluarga yang menggunakan sungai sebagai jamban.
Adapun merujuk data triwulan III tahun 2024 dari dinas kesehatan, di DKI Jakarta terdapat sebanyak 1.610 rumah tangga yang tidak memiliki jamban atau berperilaku buang air besar sembarangan (BABS).
Karena itu, Pemprov DKI terus mengkampanyekan dan memberikan edukasi stop buang air besar sembarangan (BABS) kepada warga melalui berbagai media demi tercapainya target 100 persen stop BABS di wilayah pada tahun ini.

Masukan pakar
Berbicara taman vertikal yang dibangun di tepi sungai, ternyata memang memungkinkan.
Secara konsep, taman ini memiliki formasi penanaman secara vertikal, bahkan bisa 90 derajat seperti tangga, atau pada kemiringan tertentu.
Karenanya, taman vertikal, lebih pas ditempatkan pada bangunan salah satunya untuk menurunkan suhu sehingga hemat pendingin udara alias AC.
Dosen arsitektur lanskap IPB University, Prita Ayu Permatasari, SP., M.Si. mengatakan taman semacam ini bisa dibangun di tepi sungai pada bagian dinding yang sudah dibeton. Ini lantaran karena tidak ada lagi ruang untuk menanam pohon.
Jenis tanaman yang dipilih pun harus tahan panas, minim perawatan atau penyiraman, bisa menyerap polutan.
Untuk luasan, ini bergantung kebutuhan. Contohnya, untuk estetika berarti harus disesuaikan dengan area yang ingin ditutupi pemandangan buruknya.
Namun, sebenarnya area tepi sungai apalagi yang memiliki area menanam, lebih cocok dibangun taman riparian.
Vegetasi riparian mulai dari pohon seperti akasia, bambu, eukaliptus, lalu semak telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang basah dan sering tergenang air.
Menurut Prita, taman riparian untuk tepi sungai bisa serap polutan, menahan sedimentasi, dan mengurangi limpasan air.
Selain itu, dia mengusulkan rain garden atau taman hujan yakni taman dengan vegetasi yang didesain untuk mengumpulkan limpasan air (limpasan permukaan).
Dengan begitu, saat air meluap masih ada ruang untuk menampungnya dan air ini kemudian diserap oleh tanah.
Ide terkait penataan Ciliwung sudah disampaikan pada organisasi perangkat daerah terkait antara lain dinas sumber daya air dan dinas pertamanan, kini kita tinggal menunggu realisasinya.
Mungkinkah sebelum usia Jakarta 500 tahun?
