Mataram (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyerukan perlunya sinergisitas nasional untuk memantau aktivitas 127 gunung api aktif di Indonesia, agar bisa meminimalisasi dampak erupsi yang terjadi secara tiba-tiba.
Kepala PVMBG Priatin Hadi Wijaya dalam pernyataan di Mataram Nusa Tenggara Barat Rabu mengatakan, pihaknya hanya memantau 69 gunung api akibat keterbatasan sarana pemantauan, sedangkan sisanya sebanyak 58 gunung api belum memiliki sistem pemantauan secara permanen.
"Sinergi antar instansi mutlak dilakukan agar keterbatasan alat tidak menjadi hambatan bagi keselamatan masyarakat di sekitar gunung api," ujarnya.
Hadi mengungkapkan bahwa sejarah erupsi gunung api pernah merenggut ratusan ribu jiwa, seperti letusan Gunung Tambora tahun 1815 dan Gunung Samalas tahun 1257 di Nusa Tenggara Barat, serta Gunung Krakatau tahun 1883 di Lampung yang menimbulkan dampak global.
Data PVMBG mencatat, sejak tahun 1980 jumlah korban jiwa akibat letusan gunung api berkurang signifikan karena sistem pemantauan dan mitigasi, namun risiko tetap tinggi tanpa pengawasan merata.
Kondisi geografis Indonesia yang dikelilingi cincin api Pasifik menjadikan pemantauan seluruh gunung api aktif sebagai prioritas nasional dalam upaya mitigasi bencana geologi.
Hadi menilai kolaborasi dengan pemerintah daerah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta lembaga internasional diperlukan untuk memperluas pemasangan alat pemantauan gunung api.
Baca juga: Gunung Sangeang Api di Bima simpan potensi tsunami
Selain seismograf dan kamera visual, pemantauan gunung api membutuhkan peralatan deformasi dan sensor gas vulkanik untuk mendeteksi perubahan aktivitas magmatik di dalam tubuh gunung.
"Ketidaktersediaan data real-time dari gunung api tanpa pemantauan dapat menunda peringatan dini dan meningkatkan risiko korban jiwa dalam skala besar," kata Hadi.
Lebih lanjut dia meminta masyarakat di sekitar gunung api untuk selalu meningkatkan kesadaran mitigasi, karena keberadaan sistem pemantauan harus diimbangi kesiapan evakuasi dan kepatuhan terhadap rekomendasi.
Baca juga: PVMBG mengimbau wisatawan patuhi zona rekomendasi saat mendaki gunung api
Hadi menggarisbawahi perlunya rencana jangka panjang berupa integrasi anggaran, riset, dan teknologi agar Indonesia mampu memantau seluruh gunung api aktif secara menyeluruh.
Sinergi nasional dapat menjadi kunci menekan risiko bencana vulkanik sekaligus menjaga keselamatan jutaan penduduk yang tinggal pada kawasan rawan letusan gunung api di Indonesia.
