Tajuk ANTARA NTB- Bagaimana NTB menjaga euforia MotoGP dari risiko sepi penonton?"

id Tajuk ANTARA NTB,euforia ,motogp 2025,mandalikan,sepi penonton Oleh Abdul Hakim

Tajuk ANTARA NTB- Bagaimana NTB menjaga euforia MotoGP dari risiko sepi penonton?"

Para pembalap MotoGP berlaga di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Minggu (29/9/2024). ANTARA/HO-PLN/aa. (Handout PLN)

Mataram (ANTARA) - Gelaran MotoGP Indonesia 2025 di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, menghadirkan peluang sekaligus tantangan. Ajang yang berlangsung pada 3–5 Oktober ini berpotensi sepi penonton, karena berbarengan dengan Formula 1 di Singapura, promosi yang belum merata, serta harga tiket yang masih relatif tinggi.

Data penjualan hingga awal September menunjukkan baru sekitar 20–30 persen tiket terjual dari total 121 ribu lembar yang disiapkan. Lonjakan penjualan biasanya terjadi di menit-menit terakhir, tetapi ketidakpastian tetap menyelimuti. Jumlah penonton bukan sekadar angka; ia menentukan atmosfer ajang, pengaruh ekonomi, dan citra Mandalika sebagai tuan rumah event internasional.

Selama tiga tahun terakhir, penonton lokal dari NTB, Bali, dan sekitarnya menjadi tulang punggung kehadiran di sirkuit. Ketergantungan pada penonton lokal bukan pilihan semata, melainkan keharusan. Akses transportasi dari luar daerah masih terbatas yakni satu pesawat hanya menampung 200 orang, dengan frekuensi penerbangan terbatas.

Bahkan jika seluruh penerbangan dimaksimalkan selama lima sampai tujuh hari, jumlah penonton dari luar daerah tidak lebih dari 10 ribu orang. Strategi optimalisasi penonton lokal menjadi kunci untuk menjaga euforia tetap hidup dan memastikan target kepadatan tercapai.

Harga tiket dan akomodasi tetap menjadi tantangan besar. MGPA menyiapkan diskon khusus bagi warga NTB, termasuk Aparatur Sipil Negara, agar partisipasi lokal meningkat. Premium Grandstand A dipangkas dari Rp1.750.000 menjadi Rp875.000, sedangkan tiket reguler setengah harga. Strategi ini mendorong keterjangkauan dan memastikan warga lokal dapat merasakan atmosfer balap dunia tanpa terbebani biaya.

Di sisi lain, okupansi hotel di kawasan Mandalika sudah menyentuh 90 persen, sementara di Mataram dan Lombok Barat rata-rata 40–50 persen. Kenaikan harga tiga sampai empat kali lipat berpotensi menurunkan minat wisatawan domestik dan internasional, sehingga intervensi pemerintah untuk menstabilkan harga menjadi penting.

Pemprov NTB mengambil langkah konkret dengan mewajibkan ASN hadir dan memberikan harga khusus, sekaligus memberi diskon kepada pemilik KTP NTB. Diskon tiket pesawat dan penambahan penerbangan charter juga menjadi bagian dari strategi memperluas akses penonton dari luar daerah. Pendekatan ini tidak sekadar menjaga kehadiran, tetapi juga menstimulasi ekonomi lokal.

Selain itu, keterlibatan 60 UKM lokal, sebagian besar bergerak di bidang kuliner, menambah daya tarik acara sekaligus memberdayakan ekonomi setempat.

Regulasi penggunaan gas bersubsidi dan pengaturan harga makanan menjaga standar internasional dan kualitas pengalaman pengunjung. Hal ini menunjukkan bahwa MotoGP Mandalika lebih dari sekadar balapan; ajang ini menjadi laboratorium ekonomi, budaya, dan pariwisata bagi masyarakat lokal.

Untuk memastikan sukses, strategi harus terpadu: penonton lokal dioptimalkan melalui promosi masif, harga tiket dan akomodasi tetap terjangkau, transportasi terbatas diantisipasi, dan pemberdayaan ekonomi lokal dipertahankan. Pendekatan ini selaras dengan prinsip mendidik, memberdayakan, mencerahkan, dan menanamkan cinta tanah air.

Mandalika 2025 adalah ujian kesiapan NTB dalam menyelenggarakan event internasional. Dengan intervensi kebijakan yang tepat, euforia MotoGP tidak hanya bisa dinikmati penonton, tetapi juga menjadi pengalaman budaya dan ekonomi yang meninggalkan jejak positif bagi masyarakat dan daerah.

Baca juga: Tajuk: MotoGP Mandalika 2025: Saatnya NTB berbenah di luar lintasan
Baca juga: Tajuk: Jejak hoaks di NTB, Media lokal jadi garda terakhir
Baca juga: Tajuk - Integritas pejabat NTB diuji: Dari mikrofon terbang hingga mantan terpidana di kursi strategis
Baca juga: Tajuk - Honorer NTB: Harapan dan kekecewaan
Baca juga: Tajuk - Krisis tabung hijau di NTB: Data vs realita
Baca juga: Tajuk: Hilirisasi garam NTB, Tantangan atau peluang?



COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.