Mataram (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Nusa Tenggara Barat di Dasan Cermen, Kota Mataram akan dihiasi tanaman hidroponik.
Direktur RSUD Provinsi NTB dr. Lalu Hamzi Fikri mengatakan saat ini rumah sakit terbesar di NTB ini sedang ditata sebagai proyek percontohan rumah sakit hijau. Semua sudut atau lahan kosong yang ada di area rumah sakit akan dikembangkan sebagai lahan hijau menggunakan pola hidroponik.
"Selain pemandangan yang hijau, sekaligus juga bisa menjadi terapi bagi pasien yang sedang berobat di rumah sakit ini," ujarnya di Mataram, Jumat (9/8).
Ia menjelaskan, sebagai proyek percontohan rumah sakit hijau, RSUD NTB diharapkan akan menjadi pusat pembelajaran hidroponik dan menjadi rumah sakit pertama yang menggunakan produk organik hasil sendiri dalam menu pasien rumah sakit.
Selain mengelola lahan seluas satu are sebagai Taman Hutan, di beberapa bagian rumah sakit juga akan dihijaukan dengan tanaman konsumsi yang dikembangkan dengan sistem hidroponik.
Salah satunya di kiri kanan boulevard jalan masuk RSUD NTB telah disiapkan tiang-tiang penyangga tanaman hidroponik. Nantinya, setiap ruang kosong seperti balkon dan sudut ruangan akan dipenuhi oleh tanaman hidroponik seperti melon dan labu.
Untuk menghijaukan area RSUD NTB dengan hidroponik, Lalu Hamzi Fikri mempercayakan proyek percontohan rumah sakit hijau itu kepada seorang penggiat tanaman hidroponik di Kota Mataram H Masbuhin.
"Kalau dikembangkan lagi, saya berani menanam padi di atas atap beton rumah sakit yang kosong itu atau di bangunan mana saja yang punya atap beton. Bahkan di daerah paling kering saya sanggup menanam padi," kata Masbuhin.
Dalam pengerjaan proyek percontohan tersebut, Masbuhin tidak jarang mengajak para muridnya untuk belajar dan praktik pengembangan tanaman pola hidroponika di lingkungan RSUD Provinsi NTB.
Muridnya itu kebanyakan mahasiswa pertanian beberapa kampus. Lima orang mahasiswi sedang mencampur pupuk cair organik sedangkan lainnya menyiapkan media tanam dalam ember plastik besar atau botol-botol plastik yang diisi pasir.
Bagi Masbuhin, pola hidroponik tidak saja bicara tentang kualitas sayur atau buah yang dihasilkan, tetapi juga kuantitas produksi yang lebih baik. Hal ini karena perbandingan menggunakan satu media ember berukuran besar sama dengan sepuluh paralon yang diisi "rockwool".
Penempatannya pun cukup diletakkan di atas tanah atau lantai beton dengan pola penyiraman air lebih hemat dan praktis karena media pasir memiliki daya serap yang baik dan tidak menggenang yang membuat akar tanaman sulit bernapas.
Secara kuantitas, Masbuhin mencontohkan "green house" di lahan seluas dua are yang ditanami 15.000 tanaman cabai dengan pola hidroponik dengan media tanam pasir dalam ember dapat menghasilkan cabai lebih banyak di lahan satu hektare yang ditanami 12.000 tanaman secara konvensional.
Selain petani perkotaan (urban farm), petani tradisional pun dapat memanfaatkan lahan mereka lebih produktif dengan hidroponik. Kelebihan lain adalah mengurangi konsumsi air hingga tujuh persen sehingga dapat bertanam sepanjang musim kemarau.