Mataram (ANTARA) - Dinas Sosial Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat, menggandeng Polresta Mataram terkait kasus indikasi tindakan eksploitasi anak yang dilakukan warga dari dua kelurahan yang selalu terjaring dalam kegiatan penertiban gelandangan, pengemis, dan anak jalanan.
"Setiap kali satgas kami turun melakukan penertiban gelandangan, pengemis, dan anak jalanan, yang terjaring pelaku yang sama yakni ibu beserta anak-anak yang mereka 'pekerjakan'," kata Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Mataram Sudirman di Mataram, Jumat.
Menurutnya, warga yang selalu menjadi "langganan" penertiban itu berasal dari Kelurahan Gomong tiga orang dan satu orang dari Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan.
"Mereka ini merupakan 'pemain' lama, sehingga sudah tahu posisi dan lokasi penertiban yang dilakukan satgas. Jadi kita sering kali diajak main 'kucing-kucingan'," katanya.
Terkait dengan itu, katanya, untuk menghentikan aksi mereka turun di jalan bersama anak-anak mereka, Dinsos telah menggandeng jajaran Polresta Mataram dengan indikasi eksploitasi anak.
"Berbagai bukti dan dokumen sudah kami serahkan ke Polresta Mataram, dan saat ini sedang dipelajari. Jika terbukti, empat orang tersebut melakukan tindakan eksploitasi anak maka langkah selanjutnya menjadi ranah kepolisian," katanya.
Pasalnya, kata Sudirman, berbagai upaya persuasif pendekatan dengan keluarga, aparat lingkungan, kelurahan, bahkan kecamatan sudah dilakukan. Namun, pihak lingkungan bahkan menyatakan "angkat tangan", dan menyerahkan ke Dinsos untuk diproses lebih lanjut dengan memberikan efek jera.
"Bahkan pejabat sebelumnya, informasinya sudah pernah memberikan teguran keras dengan akan mengeluarkan mereka dari data program keluarga harapan (PKH), namun ternyata itu tidak mempan juga," katanya.
Terkait dengan itu lah, katanya, pihaknya berharap aparat kepolisian bisa segera mengambil kesimpulan terhadap tindakan warga tersebut, yang menurut informasi suami ke empat ibu itu ada yang masih menjalani masa tahanan di rumah tahanan dan ada juga yang sudah mantan narapidana.
"Mungkin itulah, yang memicu mereka terus-terusan turun ke jalan," katanya.
Lebih jauh, lanjut Sudirman, kegiatan penertiban gelandangan, pengemis, dan anak jalanan di Mataram aktif dilakukan oleh Satgas Sosial pada sejumlah titik strategis.
"Alhamdulillah, jika tidak ada empat orang itu. Mataram bisa disebut bebas gelandangan, pengemis, dan anak jalanan sebab setiap ada temuan pasti orangnya sama dan itu-itu saja," katanya.
"Setiap kali satgas kami turun melakukan penertiban gelandangan, pengemis, dan anak jalanan, yang terjaring pelaku yang sama yakni ibu beserta anak-anak yang mereka 'pekerjakan'," kata Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Mataram Sudirman di Mataram, Jumat.
Menurutnya, warga yang selalu menjadi "langganan" penertiban itu berasal dari Kelurahan Gomong tiga orang dan satu orang dari Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan.
"Mereka ini merupakan 'pemain' lama, sehingga sudah tahu posisi dan lokasi penertiban yang dilakukan satgas. Jadi kita sering kali diajak main 'kucing-kucingan'," katanya.
Terkait dengan itu, katanya, untuk menghentikan aksi mereka turun di jalan bersama anak-anak mereka, Dinsos telah menggandeng jajaran Polresta Mataram dengan indikasi eksploitasi anak.
"Berbagai bukti dan dokumen sudah kami serahkan ke Polresta Mataram, dan saat ini sedang dipelajari. Jika terbukti, empat orang tersebut melakukan tindakan eksploitasi anak maka langkah selanjutnya menjadi ranah kepolisian," katanya.
Pasalnya, kata Sudirman, berbagai upaya persuasif pendekatan dengan keluarga, aparat lingkungan, kelurahan, bahkan kecamatan sudah dilakukan. Namun, pihak lingkungan bahkan menyatakan "angkat tangan", dan menyerahkan ke Dinsos untuk diproses lebih lanjut dengan memberikan efek jera.
"Bahkan pejabat sebelumnya, informasinya sudah pernah memberikan teguran keras dengan akan mengeluarkan mereka dari data program keluarga harapan (PKH), namun ternyata itu tidak mempan juga," katanya.
Terkait dengan itu lah, katanya, pihaknya berharap aparat kepolisian bisa segera mengambil kesimpulan terhadap tindakan warga tersebut, yang menurut informasi suami ke empat ibu itu ada yang masih menjalani masa tahanan di rumah tahanan dan ada juga yang sudah mantan narapidana.
"Mungkin itulah, yang memicu mereka terus-terusan turun ke jalan," katanya.
Lebih jauh, lanjut Sudirman, kegiatan penertiban gelandangan, pengemis, dan anak jalanan di Mataram aktif dilakukan oleh Satgas Sosial pada sejumlah titik strategis.
"Alhamdulillah, jika tidak ada empat orang itu. Mataram bisa disebut bebas gelandangan, pengemis, dan anak jalanan sebab setiap ada temuan pasti orangnya sama dan itu-itu saja," katanya.