Mataram (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengimbau warga waspada terhadap tren peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mataram dr Usman Hadi di Mataram, Kamis, mengatakan kasus DBD di Mataram sampai minggu ketiga Januari atau per 1-20 Januari 2022 tercatat 44 kasus.

"Dari 44 kasus tersebut yang masih dirawat sebanyak 13 orang, sisanya sudah sembuh dan tidak ada kasus kematian," katanya.

Dia mengatakan 44 kasus DBD itu tersebar di 10 puskesmas se-Kota Mataram paling banyak terdapat di Puskesmas Selaparang dan Puskesmas Mataram, sedangkan satu puskesmas yakni Puskesmas Babakan masih nol kasus.

Ia mengatakan jumlah kasus DBD awal tahun ini terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan Desember 2022 sebanyak 15 kasus. Tapi, kasus DBD awal tahun ini turun jika dibandingkan dengan kasus Januari 2022 sebanyak 107 kasus dan satu kasus kematian.

"Tren peningkatan kasus DBD dipicu karena faktor cuaca yang tidak menentu. Sebenar panas dan sebentar hujan," katanya.

Terkait dengan itu, Usman mengimbau masyarakat tetap waspada dan harus terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), melakukan gerakan 3M plus (menguras bak air, menutup dan mengubur barang bekas), plus melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

"Gerakan satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik) tetap harus disiagakan, di setiap rumah," katanya.

Dinkes juga telah membagikan bubuk abate kepada masyarakat secara gratis melalui kader kesehatan. Bubuk abate yang dimasukkan ke penampungan air atau genangan air bisa mencegah munculnya jentik nyamuk.

"Untuk pengasapan atau 'fogging' (pengasapan) kita lakukan pada lingkungan yang ditemukan kasus DBD atau disebut istilah 'fogging' fokus," katanya.



 

Pewarta : Nirkomala
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024