Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, telah mengusulkan dana sebesar Rp150 miliar untuk pembangunan Pasar Kebon Roek menjadi pasar tradisional berbasis pariwisata (tourism) di kota itu.

Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Uun Pujianto di Mataram, Rabu mengatakan, kebutuhan anggaran tersebut sudah diusulkan ke pemerintah pusat.

"Saat ini kami sedang bertolak ke Bappenas untuk memastikan apakah usulkan kita untuk mewujudkan pasar tradisional berbasis pariwisata bisa terakomodasi atau tidak," katanya saat dikonfirmasi melalui telepon seluler.

Uun mengatakan, pada tahun sebelumnya pemerintah kota juga telah mengusulkan anggaran untuk revitalisasi Pasar Kebon Roek dengan usulan anggaran Rp125 miliar, namun belum ada jawaban.

"Karena itulah, setelah kita melakukan revisi terhadap usulan anggaran disesuaikan dengan kenaikan harga menjadi Rp150 miliar. Semoga usulan kita kali ini bisa terakomodasi tahun ini juga," katanya.

Pasalnya, sebagai keseriusan Pemerintah Kota Mataram untuk membangun pasar tradisional berbasis pariwisata, Pemerintah Kota Mataram sudah menyiapkan lahan di Kebon Talo seluas 3 hektare.

Lokasinya bersebelahan dengan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Kebon Talo sehingga bisa terintegrasi dengan Pasar Kebon Roek dan UMKM yang sudah ada saat ini.

"Jadi pengolahan sampah pasar juga bisa lebih efektif dan efisien," katanya.

Lebih jauh Uun mengatakan, Pasar Kebon Roek dikonsep menjadi pasar berbasis pariwisata karena Pasar Kebon Roek berada di jalur strategis Mataram-Senggigi dan menjadi salah satu pilihan objek wisata belanja bagi turis asing dan domestik.

Letak yang sangat strategis itulah menjadi pertimbangan dan alasan pemerintah kota untuk melakukan revitalisasi Pasar Kebon Roek menjadi pasar  tradisional yang berbasis "tourism".

"Target kita ke depan, pasar tradisional bisa menjadi destinasi favorit pilihan wisatawan mancanegara dan domestik," katanya.



 

Pewarta : Nirkomala
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024